Wednesday, May 7, 2008

HP merah

Ha pe merah itu akhirnya menjadi miliknya.

Telah tiga bulan lebih, Andy mengincar ha pe mungil berwarna merah yang terpajang di toko kecil penjual ha pe second itu.

Andy dengan rajin menyimpan gaji mingguannya sebagai pembantu tukang masak di warung masakan Chinesse Halal. Yah Chinesse, tulisan itulah yang terpampang di kain selebaran yang menutupi sekeliling warung itu, tetapi tidak pernah ada orang yang protes, sepertinya semua mengerti itu artinya masakan Cina…Chinese food, hmm sungguh suatu ejaan yang mencerminkan kualitas makanannya. Rokok A Mild hijau kegemarannya sudah lama tidak terlihat tergantung di ujung bibir kiri yang agak menghitam ternoda nikotin.

Gadis manis berlesung pipit penjaga toko itu hanya tersenyum melihatnya hampir setiap hari lewat hanya sekedar lewat untuk melirik ha pe merah itu. Di kala toko sedang sepi, sang gadis dengan senang hati mempersilahkan Andi menimang-nimang dan membelainya..hape itu bukan sang gadis..

Tak dinyana siang itu tukang becak tetangga sebelah mengembalikan sejumlah hutang, yang selama ini dianggap Andi sebagai amal karena tidak pernah dikembalikan. “Dapet nomer nDi,” katanya. Terima Kasih nomer buntut..atau apapun itu, sebelum berangkat kerja malam itu, ha pe merah sudah terselip manis di kantong belakang celana jins bututnya dengan bonus nomor hp si gadis manis penjaga toko.

Sungguh ramai warung malam itu, malam minggu, seakan semua orang-orang tidak ada yang memasak di rumah lagi. Mungkin dengan minyak tanah yang mahal dan elpiji yang menghilang di pasaran, telur ayam yang melangit harganya, lebih murah rasanya makan di warung.
Diseretnya badannya yang luar biasa capek pulang, setengah jam jalan kaki di tengah malam yang sejuk, hmm cukup nyaman seandainya badannya tidak secapek ini.
Hp merah itu dipencet-pencetnya sebagai teman berjalan. Satu nomor telepon di phone book.

Karti, sang gadis lesung pipit penjaga toko. Larut malam begini bukanlah waktu yang tepat untuk menelepon gadis yang sudah dengan senang hati memberikan nomer hp padanya.
Aih.. mengapa ada nama lain, Cindy, dengan dua nomor telepon, nomor seluler dan nomer rumah. Mungkinkah ini nama yang
tersisa dari phone book lama yang terekam dalam hp merah ini ?
Jika demikian, mungkin ada foto juga yang masih belum terhapus dalam hp ini. Benar, Cindy001, Cindy002,Cindy003, wow wow….cewe ini jauh lebih cantik dari sang lesung pipit. Sedikit berdarah campuran, mirip Aisyah dalam Ayat-ayat Cinta, setidaknya begitulah mata capek setengah mengantuknya berkata.
Hampir tidak sadar ketika dipencetnya tombol call untuk menelepon Cindy.

Jam 2 malam, ingat Andi saat dia selesai menelepon dan langsung jatuh tertidur di ranjang.
Cindy ternyata teman dekat bekas pemilik hp merah itu. Sungguh seorang gadis yang ramah, penuh selera humor dan berpendidikan, begitu setidaknya terdengar lewat pembicaraan semalam.
Jam 2 siang, Andi bergegas menuju rumah Cindy, sesuai janji mereka untuk bertemu.

Sepasang suami istri tua dengan sopan mempersilahkannya duduk.
Hanya saja, lima menit kemudian Andi terduduk lemas tak bertenaga,
saat mereka menjelaskan bahwa Cindy telah meninggal dua bulan yang lalu.

Rekaman dalam Hp bisa bertahan lama.
Berapa orang kah dalam list phone book mu atau yang terfoto, mungkin sudah tak ada lagi menghirup napas di dunia ini ?
ever cross your mind ?

Oddiezz,
Serpong, May 5, 2008