Monday, May 28, 2007

Pain

"There's only one thing to say about pain, it hurts"

-- Zeke Willey --


Oh, could not more than agree, almost fainted last night, I guess...

Saturday, May 26, 2007

The Army of Darkness

Sensual passions are your first army.

Your second is called Discontent.

Your third is Hunger & Thirst.

Your fourth is called Craving.

Fifth is Sloth & Drowsiness.

Sixth is called Terror.

Your seventh is Uncertainty.

Hypocrisy & Stubbornness, your eighth.

Gains, Offerings, Fame, & Status wrongly gained,
and whoever would praise self
& disparage others.

That, Namuci, is your army,
the Dark One's commando force.

A coward can't defeat it,
but one having defeated it
gains bliss.


- Padhana Sutta -

Friday, May 25, 2007

urge to kill

Kuambil pisau lipat yang selalu kukantongi, diam diam kuhunuskan sisi pisau
yang selalu kugosok mengkilat tiap hari.


Sebentar lagi ia akan lewat di sini.

Seperti pagi pagi lainnya, tidak mungkin salah, tidak mungkin, karena selama
sepuluh tahun aku membunuh untuknya.

Ia selalu lewat sini setelah waktu pulang.

Kali ini kubuat menjadi terakhir kalinya.

Kemarin sore setelah semua orang pulang, ia memanggilku, pergilah kau ke
negara lain, tak dibutuhkan kau lagi di sini.

Tak kusangka sama nasibku dengan beberapa rekan yang menghilang belakangan
ini.

Kuelus pisau belati yang tersimpan dalam kantong.

Terlalu enak baginya jika kupakai belati itu.

Pisau saku biru yang kecil tapi jauh lebih tajam, karena kuasah tiap hari akan
membuatnya lebih menderita.

Luka kecil, tipis, yang dalam akan membuatnya mencucurkan lebih banyak darah.

Seperti kupelajari dari pengalamanku, tusukan pertama di lambung, akan
mencucurkan air lambung, korban pasti akan tercenung kaget dan secara cepat
menjemput ajal.

Tusukan kedua harus dilakukan dengan cepat ke arah tenggorokan untuk
membungkamnya.

Huh, sebenarnya aku harus langsung melakukan tusukan kedua, untuk
memastikan ia tidak akan sempat berteriak, tetapi harus sekaligus memotong urat
nadi di tenggorokan.

Dengan begitu darah akan muncrat sehingga secara cepat ia akan kehabisan
darah.

Jika ada orang lain yang mendekat, aku dapat meninggalkannya pasti dalam
keadaan menunggu ajal tanpa harus melakukan sayatan lainnya.

Tetapi kuharap tempat ini tetap sepi, seperti hari hari lainnya.

Terbayang korban-korbanku yg jatuh hanya karena perintahnya.

Kuelus ujung pisau saku biru yang kuasah semalaman.

Bunyi sepatu kulit hitamnya telah terdengar sayup mendekat.

Senyumku melebar di bibir yang kering ini..

Ia datang ….

Wish me luck...



OddieZ,
Midnite 29 April, Mojoville

Thursday, May 24, 2007

Makhluk Pemangsa

Ziing….
ugh.. hampir saja pisau celurit itu menyambar lehernya.

Si berewok yang satu ini lumayan lihai juga memainkan sepasang celurit di tangannya.
Iyah sepasang, tak umum memang, biasanya pendekar asal Madura hanya mengandalkan sebuah saja, pasti dia pernah juga menimba sedikit ilmu di negeri seberang.

Di antara para pedagang sapi yang mengeroyoknya, si berewok yang paling berani menyerangnya di posisi terdepan.
Beberapa orang bahkan mengurungnya dari kejauhan sambil mengayunkan celurit mereka tanpa berani mendekat.

Sudah beberapa kali ia berusaha menjelaskan bahwa ia tidak ada hubungannya dengan sapi pedagang yang belakangan ini lenyap, untuk kemudian ditemukan sisa bangkai berupa sedikit tulang berbalut kulit.

Tapi para pedagang dan peternak yang kebetulan berkumpul itu sudah gelap mata, terlalu curiga untuk menerima kehadiran seorang asing di waktu seperti ini.

“Huh, orang orang desa ini tak tau diuntung”,pikirnya,”Sudah berbaik hati aku mau memberitahu makhluk macam apa yang sedang mereka hadapi, malah menuduhku jadi biang keladi peristiwa ini.”

Diayunkan batang kayu pemikul bajunya menyambut senjata yang mendekat.
Trang ..trang…senjata yang bertemu dengan batang kayu langsung mental, beberapa malah terlepas dari pegangan pemiliknya.

Muka si berewok makin merah, marah, melihat beberapa temannya memunguti celurit yang jatuh sambil menggosok telapak tangan mereka yang nyeri.

Dilihatnya beberapa orang berlari menjauh ke arah desa.
Ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi, betapa pun tinggi ilmunya, orang sedesa bukan lah lawan yang enteng, dan pasti korban jiwa tak terelakkan.

Dua kali kibasan tongkat setinggi lutut, berputar tiga ratus enam puluh derajat di sekelilingnya membuat para pengeroyok berteriakan kaget sambil melompat mundur.

Ia meneruskan gerakan tubuhnya menjadi berjongkok rendah, direnggutnya segenggam rumput, dilemparkan ke seluruh penjuru.
Dengan pengeraahan tenaga dalam yang terkontrol, potongan potongan rumput melesat di udara ke arah pengeroyoknya bagai jarum jarum tajam.
Tetapi dengan tenaga yang tidak terlalu tinggi rumput tersebut hanya merobek baju dan menembus sedikit di bawah kulit, cukup membuat orang orang yang terkena menjerit-jerit kesakitan sambil berlarian.
Sedang lainnya ikut semburat lari, kaget mendengar temannya berteriak disertai darah yang mengucur di sana sini.

Si berewok juga berteriak sakit bercampur marah, di lengannya yang berotot menancap beberapa helai hijau rumput.
Meski kedua celuritnya tidak sampai lepas, dia juga harus melompat mundur untuk menghindar luka yang lebih parah.

Dengan langkah pelan tapi panjang, ia mengerahkan ilmu peringan tubuh Mengapung di awan, dalam beberapa ayunan langkah, ia sudah puluhan tombak jauhnya dari pengeroyoknya.

Hmm, sungguh sebagian orang tidak tau diuntung,
Setidaknya ia sudah memberitahu bagaimana mereka harus menjebak makhluk itu, sebelum para ternak habis, dan anak kecil serta bayi mulai dimangsa..seperti di desa sebelah.

Langkah pelannya membuatnya seakan melayang rendah, menjauh memasuki hutan, dengan sinar mentari sore yang meredup membelai rambutnya.

Oddiez,
May 2007.

Wednesday, May 23, 2007

EQ makes ur day.

Someone sent me this, a good EQ story

一大早,我跳上一部計程車,要去台北郊區做企業內訓。

因正好是尖峰時刻,沒多久車子就卡在車陣中,此時前座的司機 先生開始不耐地嘆起氣來。
隨口和他聊了起來:「最近生意好嗎?」
後照鏡的臉垮了下來,聲音臭臭的:「有什麼好?到處都不景氣,你想我們計程車生意會好嗎?每天十幾個時,也賺不到什麼錢,真是氣人!」
嗯,顯然這不是個好話題,換個主題好了,我想,於是我說:「不過還好你的車很大很寬敞,即便是塞車,也讓人覺得很舒服?」


他打斷了我的話,聲音激動了起來:「舒服個鬼!不信你來每天坐12個小時看看,看你還會不會覺得舒服!?」
接著他的話匣子開了,抱怨政府無能、社會不公,所以人民無望。

我只能安靜地聽,一點兒插嘴的機會也沒。


兩天後同一時間,我再一次跳上了計程車,再一次地要去郊區同一家企業做訓練,然而這一次,卻開啟了迥然不同的經驗。


一上車,一張笑容可掬的臉龐轉了過來,伴隨的是輕快愉悅的聲音:「你好,請問要去哪?堙H」
真是難得的親切,我心中有些訝異,隨即告訴了他目的地。
他笑了笑:「好,沒問題!」



然而走沒兩步,車子又在車陣中動彈不得了起來。
前座的 司機 先生手握方向盤,開始輕鬆地吹起口哨哼起歌來,顯然今天心情不錯。


於是我問:「看來你今天心情很好嘛!」
他笑得露出了牙齒:「我每天都是這樣啊,每天心情都很好。」
「為什麼呢?」我問:「大家不都說景氣差,工作時間長,收入都不理想嗎?」
司機先生說:「沒錯,我也有家有小孩要養,所以開車時間也跟著拉長為 12個小時。

不過,日子還是很開心過的,我有個祕密?」


他停頓了一下:「說出來先生你別生氣,好嗎?」


當然好,只要是快樂的祕密,我這個念過心理學的都感興趣。


他說:「我總是換個角度來想事情。例如,我覺得出來開車,其實是客人付錢請我出來玩。像今天一早,我就碰到像你這樣的先生,花錢請我跟你到陽明山去玩,這不是很好嗎?等下到了陽明山,你去辦你的事,而現在是花季,我就正好可以順道賞賞花,抽根菸再走啦!」


他繼續說:「像前幾天哦,有一對情侶去淡水看夕陽,他們下車後,我也下來喝碗魚丸湯,擠在他們旁邊看看夕陽才走,反正來都來了嘛,更何況還有人付錢呢?」



漂亮!多精采的一個祕密!


我突然意識到自己有多幸運,一早就有這份榮幸,跟前座的EQ高手同車出遊,真是棒極了。

又能坐車,心情又開心,這樣的服務有多難得,我決定跟這位 司機 先生要電話,以後再邀他一起出遊。



接過他名片的同時,他的手機鈴聲正好響起,有位老客人要去機場,原來喜歡他的不只我一位,相信這位EQ高手的工作態度,不但替他贏得好心情,也必定帶進許多生意。


快樂其實是一種習慣


心理學家發現,快樂其實是一種習慣,不論環境怎麼變,EQ高手的快樂決心是不會改變的。


當我們能換一種心態去看待自己的工作,並帶著遊戲般的愉快心情面對工作,你會發覺自己的內在能量強大許多,抗壓應變的功力也因此大為增進,而這,也正是貫徹快樂決心的漂亮做法。


我自己就常覺得,工作其實是一種偽裝,讓我有很好的藉口及機會,能因著演講及各種活動,去認識許許多多有趣精彩的人,這不是很過癮嗎?(更何況,往往還有人付錢呢!)。


如果您收到別人分享給您的好文章,不要吝嗇,您也可以繼續分享給好友,請別忘我這一份喔。



當我們用心對人時,有心人將以熱情回報妳,希望我們都是用心的人,也是有心的人 。

Tuesday, May 22, 2007

Bulan Arwah

Bulan pucat…langit tidak berbintang. Bulan tujuh di penanggalan Cina dianggap sebagai bulan arwah gentayangan, di mana pintu antara dua dunia berbeda terbuka dan banyak arwah yang bisa menyeberang ke alam fana. Tepat pertengahan bulan biasanya diadakan sembahyangan besar khusus untuk menjamu arwah arwah tersebut agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Ini adalah sepenggalan tradisi kuno yang masih dipercayai sebagian masyarakat Cina.

Malam itu Xiao Yu, seorang perawat yang bertugas di rumah sakit Chang Rung di kota Tai Chung, berkemas pulang setelah bekerja lembur hampir duabelas jam lamanya, karena kebetulan rekan kerjanya sedang sakit.
Karena harus bekerja hampir seharian hari itu dia tidak sempat untuk ke kuil untuk mengikuti sembahyang pertengahan bulan yang hampir selalu diikutinya setiap tahun.

Arloji perak mungil di pergelangan tangannya menunjukkan hampir pukul 10 malam, diliriknya ujung jalan perempatan sekitar 200 meter di depannya, masih sepi, belum terdengar deruman sepeda motor sang kekasih yang berjanji akan menjemputnya sepuluh menit yang lalu.

Telah tiga tahun mereka berhubungan, kali ini seakan Xiao Yu menemukan pangeran pujaan hati yang sangat cocok dengan impiannya selama ini, yang selalu setia mengasihinya, meski di segi materiil masih sangat terbatas untuk seorang lulusan universitas yang baru terjun ke masyarakat. Dari kejauhan mulai terdengar suara sepeda motor mendekat, Xiao Yu hampir pasti bahwa si dia lah yang datang, karena di malam selarut ini memang tidak banyak kendaraan yang lalu lalang di jalan. Sebentar kemudian sebuat Honda otomatis, 50 cc, kendaraan yang paling populer di jalanan di Taiwan ini, juga karena harga yang terjangkau,mendekat.

Tubuh kekar yang berbalutkan jaket hitam dan helm teropong tidak menampakkan sama sekali rupa pengemudi sepeda motor biru itu. Tetapi tanpa ragu Xiao Yu mendekat, menyapa dan langsung naik ke boncengannya, dipeluknya tubuh sang kekasih, terasa kehangatan tubuh dan bau harum khas after shave yang telah sangat hapal di benaknya. Apartement kecil kontrakan Xiao Yu hanya berjarak 20 menit dari rumah sakit tempat kerjanya, sedang tempat tinggal sang kekasih adalah 15 menit di arah yang berlawanan, sehingga setelah mengantar Xiao Yu pulang, si dia masih harus menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke rumahnya, dalam hati Xiao Yu merasa cukup bersyukur memiliki kekasih yang penuh pengertian ini.

Sepanjang perjalanan mereka tak bersuara, hanya sepasang tangan mungil Xiao Yu menggenggam erat pinggang si dia, mencoba membagi kehangatan tatkala mereka berdua menerpa angin malam yang cukup sejuk..bahkan agak dingin menembus kehangatan malam. Tak terasa mata Xiao Yu mengantuk..kelopak mata sangat berat hampir tak bisa terbuka.

Pagi hari, hampir jam sembilan baru Xiao Yu menggeliat bangun di ranjangnya yang empuk, anehnya hampir tidak dia ingat kejadian setelah dia mengantuk di boncengan kekasihnya malam kemarin, mengapa tiba tiba terbangun sudah di atas ranjangnya sendiri

Diraihnya telepon, dipencet nomor HP kekasihnya yang seharusnya sekarang sedang bekerja di kantornya, lima deringan berlalu tanpa ada yang mengangkat….hampir ditutupnya telepon hingga ada suara seorang wanita yang menjawab” Wei (Halo)…” serak serak basah seakan habis menangis.

Suatu perasaan aneh menyelimuti hati Xiao Yu saat ia mengenali bahwa itu ada suara ibu kekasihnya.

Bingung…linglung…tak mampu berkata apapun…saat Xiao Yu mendengar berita buruk yang telah menimpa kekasihnya sore kemaren, bagaimana sepeda motornya selip dan ditabrak taxi dari belakang, dan si dia terbaring koma di rumah sakit sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 7 malam kemaren.

Si diakah yang tetap menjemput Xiao Yu pulang kemarin? Menyeberang pintu dua dunia yang masih terbuka untuk terakhir kalinya menjemput sang kekasih tercinta, terakhir kali berpamitan…..Tak kuasa berpikir lebih lanjut, Xiao Yu terduduk menangis tersengguk, teringat jelas bau harum khas after shave yang telah lekat di benaknya saat dia memeluk kekasihnya erat malam kemarin.


Mojoville, October 2002

Monday, May 21, 2007

The heart

Friends

Nothing is as intractable as an untamed heart.
The untamed heart is intractable.

Nothing is as tractable as a tamed heart.
The tamed heart is tractable.

Nothing tends toward loss as does an untamed heart.
The untamed heart tends towards loss.

Nothing tends toward growth as does a tamed heart.
The tamed heart tends towards growth.

Nothing brings suffering as does
the untamed, uncontrolled unattended and unrestrained heart.
That heart brings suffering.

Nothing brings joy as does a
tamed, controlled, attended and restrained heart.
This heart brings joy.



~~Anguttara Nikaya~~

Saturday, May 19, 2007

Kembali ke harmoni.

Seekor lalat di tengah mangkuk sup buntut yang mengepul lezat.

Sebatang duri di tengah bakso ikan yang kenyal.

Sebutir pasir di tengah gumpalan nasi pulen hangat.

Mengganggu..memecah harmoni.


Seperti sebongkah, di kandung kemihku, menanti tuk keluar.

Friday, May 18, 2007

nothing to know

To know that there is nothing to know,

and to grieve that it is so difficult
to communicate this "nothing to know" to others.

This is the life of Zen.

this is the deepest thing in the world.

Zen's thing

A samurai once asked Zen Master Hakuin where he would go after he died.

Hakuin answered 'How am I supposed to know?'

'How do you know? You're a Zen master!' exclaimed the samurai.

'Yes, but not a dead one,' Hakuin answered.

Monday, May 14, 2007

linkin park ....

.......
i've
become so numb
i can't feel you there
become so tired
so much more aware
i'm becoming this
all i want to do
is be more like me
and be less like you
....

Friday, May 11, 2007

The coffee is really good

Can't resist the temptation.

During long waiting hours in the waiting room last night in the hospital, I started to consume the coffee book.

Really nice. Best than the fresh brewed Starbuck, I usually buy.

Thursday, May 10, 2007

no update

No update is an update.

Is it time to buy USD yet ?

Is it time to go to Canada yet ?

Anybody knows about the Na2CO3 purifier and how much does it cost ?

all stressed out and no one to choke.

Wednesday, May 9, 2007

Afraid of coffee

Kudekap buku kecil berwarna coklat, berjudul kopi, berwarna kopi.
Sungguh pas untuk dibawa sambil menunggu giliran di rumah sakit ini.
Tersenyum sendiri membayangkan jika kubawa buku tentang ksatria jawa karangan Arswendo yang tebalnya melebihi kamus itu.

Belum kubaca buku berwarna seperti kopi yang sudah seminggu kubeli itu.

Takut...takut kalo nanti tulisanku sendiri berbau kopi, berasa menyerupai kopi.

Meskipun sungguh terpancing rasa ingin tahu, kopi rasa apa yang kali ini diseduh olehnya di buku ini.

Kukembalikan koran yang dijepit di pegangan kayu itu kembali ke rak tempat persemayamannya semula.
hmmm..nothing more to read.

Jari jari mulai membalik halaman pertama, di mana namaku telah kutorehkan hari pertama kubeli buku ini.

Tiba giliranku, namaku nan panjang bergema di seantero ruang tunggu.
Hmm not quite right the pronounciation, but well... don't think anybody has similar name.

Kututup kembali buku kopi, mungkin kali lain kubaca.

Setidaknya untuk sementara kuseduh kopiku sendiri.



-Z-

Monday, May 7, 2007

As sick as a dog

Lots of time I forget that good health is my most expensive treasure. (even though I have my precious 4 years old treasure at home).

But not last night, laying there as sick as a dog, sweating all over, need to change T-shirt.

No strength left what so ever, to start-up my compt, not to mention writing any stupid stories.

Need to gulp water as much as possible.
Picturing myself as some kind of alien that arrived on earth from an oceanic planet, so he has to drink water all the time (or bathe), otherwise he will die.
Hmm...should bring my towel, I should try bathing once every hour, maybe it helps.

Gotta go, gotta get some more water from the drinking machine...otherwise I will go back to my planet quite soon.

Saturday, May 5, 2007

Language Lesson

Hokkien is easy. Just remember:
>
> Children is gina kia
>
> Bird is chiao kia
>
> Korean Car is Kia
>
> Give birth is seh kia
>
> Furniture is Ikea
>
> Police is mata kia
>
> Small house is chu kia
>
> Country name is Czechoslovakia
>
> Puppy is kao kia
>
> Kitten is ngiao kia
>
> Chicken is kuey kia
>
> Pig is tu kia
>
> H/phone is nokia
>
>
>
> I'm Hokkien kia,
>
> Malay is huan kia
>
> Hindu is kit leng kia
>
> Kuai lou is ang mo kia
>
> Chinese is t'ng lang kia
>
> Japanese is jit pun kia
>
> Bad Guy is phai kia
>
> Good Guy is ho kia
>
>
>
> Person who reads this post is gong Kia
>
>
>
> If you laugh, you are Siow Kia

Mat Pithi's - One day at IndoNgampret

Siang mau, mari mangan Mat Pithi bareng kancane numpak Phanter mampir
sedilut nang IndoNgampret.

Mat Pithi melok ae mudhun, padahal sing kate tuku rokok dudhuk iku kancane,
dudhuk awake dhewe.

Pas nang kasir kethok arek enom, lengene tatoo-an, rambute gondrong
dikriting modele koyo kue plintiran cilik-cilik,koco moto irengan ( padahal
cuacane mendung, wes udan gerimis maneh, heran...nek nyetir motor moso iso
kethok ), ngemut rokok, siap-siap ate diurupno.
Arek enom iku terus eker-ekeran karo Mbake sing jogo kasir.
Mat Pithi sing iseng iseng ndolek permen Mendhos ndek pinggire kasir melok
ngerungokno.

Mbake ngomong,"Mas tolong ojo ngerokok ndek njero, soale wonten AC ne ".
Arek enom e njawab karo ngotot, " Koen iku yok opo ! Wong ndek kene ono
dodol rokok kok ora oleh dirokok ndek kene. "
Mbak e kethok arek gondrong iku njawab karo bentak bentak ngono, wes
langsung mingkem-kem ora wani muni maneh.

Teko pinggir Supervisore njawab," Mas... mas... ndek kene yo ono dodol
kondom . Tapi podho ae ga oleh dikanggo ndek njeroe toko ".

Arek enome sing ganti meneng, ora iso njawab, terus langsung ae nelunyur
metu.

Mat Pithi sing ndek pinggir ngerungokno sampe melok cengangas cengenges,
sampe keliru ga njumuk permen Mendhos tapi njumuk permen
Wong-Mancing(Piserman).


- Plagiarism is the sincerest form of flattery -

some jokes ^_^

‧ 老公外遇***
甲婦:「如果妳的老公有外遇,妳會怎麼樣?」
乙婦:「我會睜一隻眼,閉一隻眼。」
甲婦:「喔!妳這麼大方!」
乙婦:「不,我是要用槍瞄準他。」
====================================
沒穿胸罩***

甲:「我帶你去一個全部女生都沒有穿胸罩的地方。」
乙:「真的嗎?在哪裡?快帶我去!」
甲:「就在隔壁的幼稚園!」
====================================
男職員向女主管請假......
男職員:「經理,我想請假去向我女友求婚。」
女主管:「(鄙視)難道你沒有聽過婚姻是愛情的墳墓?」
男職員想了一想....。
男職員:「那我把事假改成喪假。」
=====================================

Friday, May 4, 2007

Found today

"It is always a silly thing to give advice, but to give good advice is fatal " - Oscar Wilde -

"Life is like riding a bike. To keep your balance you must keep moving." -- Albert Einstein

Excited

First, it's kindda excited to have my 'own' blog.

Then, comes up later, what should I write everyday to my faithful fans...or disciples hehe.

So, in the mean time, enjoy my old works :)

With Metta.

Thursday, May 3, 2007

Kolam Renang

Anggukan dari gadis penjaga counter menyambutku di kolam renang. Dari raut wajahnya yang lelah dapat disimpulkan bahwa tadi seharian pasti kolam renang penuh. Sehingga dia harus bekerja tak hentinya. Meski dia tetap dengan sopan menyapaku, sorotan matanya yang capek masih tetap tersirat dengan jelas.

Memang aku sengaja memilih malam hari untuk pergi berenang, di samping memang karena aku adalah seorang pegawai yang bekerja seharian, juga karena kolam lebih sepi, lebih leluasa untuk berenang di kolam yang ukurannya cukup kecil itu tanpa harus terus menghindar dari tabrakan dengan perenang lainnya. Suatu perasaan yang santai juga terasa jika aku berenang sendirian sambil berkhayal bahwa itu adalah kolam pribadiku.

Tetapi sebenarnya ada satu alasan lain mengapa aku memilih malam hari di mana sangat sedikit pemakai kolam, yaitu dengan begitu aku lebih leluasa menjalankan latihan dari ilmu pernapasan yang baru saja aku pelajari. Memang sedari dulu salah satu hobiku adalah mempelajari berbagai ‘ilmu’, berbagai buku telah kubaca dan beberapa orang telah pernah menjadi ‘guru’ ku. Memang bukan benar benar guru karena aku memang tidak pernah secara resmi menjadi murid, membayar uang sekolah atau les, masuk ke perguruan atau padepokannya, melainkan semuanya hanya karena takdir.
Suatu takdir yang sederhana dalam kehidupan, di mana dua manusia yang tidak saling kenal kebetulan bertemu di suatu tempat, berbincang bincang, bertukar pikiran, dari sinilah aku banyak bertemu dengan ‘guru’ku.

Seperti minggu lalu saat ku makan malam di warung kecil di sebelah rumah kos ku. Ada seorang bapak tua,berpakaian hitam-hitam, dengan ikat kepala dari kain batik, duduk diam di ujung bangku memperhatikan aku menyantap nasi rawon kegemaranku. Setelah aku selesai, barulah dia tersenyum menyapaku.
Setelah basa basi beberapa saat, barulah aku menyadari bahwa gelas kopi di tangannya selalu mengepul, seakan baru saja diseduh dengan air mendidih, padahal kami sudah lebih dari sepuluh menit bercakap cakap. Setelah kucoba berkonsentrasi beberapa saat akhirnya bisa ku’lihat’ bahwa tangannya yang keriput dengan kuku yang agak menguning terkena nikotin rokok kretek yang dihisapnya itu, mengalirkan hawa merah menyelimuti gelas kaca berisi kopi itu, membuat kopi itu selalu panas mendekati titik didih, mengingatkanku pada penghangat kopi elektrik di kantor.
Melihat diriku mengerutkan kening berkonsentrasi, sang bapak tua hanya tersenyum arif, rupanya dari tadi dia sudah mengetahui keadaan diriku, yang kata orang jawa ada sedikit ‘berisi’. Berturut turut tiga malam, aku sengaja terus makan rawon sebagai makan malamku, untuk dapat bertemu dengan sang bapak, dia sebagai orang yang ‘ngelmu’, ngangsu kaweruh, orang yang mencari pencerahan, orang yang menggali inti-jiwa, menyelami arti hidup, apa pun juga istilahnya, seperti biasanya tidak pelit untuk berbagi ilmu dan tips bila berjumpa dengan orang yang seakan oleh takdir dipertemukan dengannya. Sama sekali lain berlawanan dengan anggapan masyarakat umum selama ini, atau dalam cerita cerita silat, bahwa dua orang berilmu yang bertemu cenderung untuk saling mengadu ilmu, mencari gelar yang terkuat.

Sayangnya setelah itu, sang bapak tua kemudian tak pernah muncul lagi di warung itu, meskipun dengan sengaja aku berturut turut itu makan malam rawon untuk menunggunya, mungkin ia telah meneruskan pengembaraannya.

Secara kebetulan pula aku mendapatkan cara berlatih yang menyenangkan di kolam renang. Beberapa hari ini memang cuaca malam agak dingin, sehingga semakin jarang perenang malam. Saat masuk kolam saat itu, air terasa dingin sekali, karena itu secara tak sengaja kulakukan apa yang diajarkan oleh bapak tua minggu lalu, udara yang masuk lewat lubang hidung bagaikan dua sinar merah masuk ke dalam tubuh memasuki rongga dada turun terus berkumpul di satu titik sekitar setengah jengkal di bawah pusar, yang mana di salah satu buku yang pernah aku baca dinamakan titik ‘ Tan – Dien’. Kemudian di titik tersebut kumpulan sinar merah berkumpul laksana bola api yang berputar, dari kecil perlahan membesar seiring dengan masuknya napas terus menerus, setelah cukup besar maka sinar merah mulai dialirkan ke seluruh badan, kaki, tangan, sampai ke seluruh permukaan kulit. Beberapa saat kemudian, badan terasa hangat, dingin air kolam sudah tidak lagi terasa.
Setelah itu secara rutin, aku melakukan sedikit latihan setiap kali sebelum berenang. Terlebih lagi di dalam kolam yang penerangannya temaram ini, tidak akan tampak di dalam air, bila berlatih jurus jurus sederhana guna memperlancar peredaran hawa di dalam tubuh. Air juga terasa sebagai penghantar hawa yang baik di antara kedua telapak tangan, bahkan tidak perlu sampai kedua telapak tangan menyatu, air di antara telapak sudah dapat menjadi jembatan aliran hawa, mungkin ini berasal dari sifat air sendiri sebagai penghantar listrik yang baik. Dalam satu dan lain hal, chi / hawa murni memang banyak mempunyai keserupaan dengan aliran listrik.

Tetapi malam itu setelah beberapa saat di dalam kolam dan berkonsentrasi masuk ke dalam latihan. Tiba tiba kurasakan, walau dengan mata yang masih tertutup, sesosok tubuh di ujung lain kolam. Aneh, padahal waktu aku masuk tadi, jelas jelas tidak ada orang sama sekali, di dalam maupun di pinggiran kolam. Apakah mungkin dia baru masuk saat aku memejamkan mata beberapa saat lalu.
Tak percaya aku, saat kubuka mata tidak tanpa siapapun. Tapi dengan mata terpejam, ku’lihat’ dengan jelas sosok itu di dalam kolam, bersandar di dinding yang berseberangan dengan tepi kolam di mana aku berdiri. Tubuhnya berpendar redup, berlapiskan kabut tipis yang melilitnya bagai puluhan ekor belut. Bulu kudukku merinding saat, kurasakan bahwa sosok itu tengah menghadap ke arahku dan ‘menatapku’ terus menerus.

Perasaanku sangat tidak enak, sama persis seakan waktu menjelang kecelakaan mobil dulu yang hampir merenggut nyawaku, perasaan ini seringkali muncul kalau ada musibah yang akan menimpaku.
Sosok putih itu terasa berjalan pelan dalam air, perlahan mendekatiku, setiap langkah dia mendekat semakin kuat tercium olehku hawa yang yang dipancarkannya, hawa kebencian yang amat sangat, hawa balas dendam yang sangat jenuh, hawa membunuh yang telah memuncak…..
************
Kupusatkan konsentrasiku lebih kuat, sosok putih yang tampak samar samar itu menjadi semakin jelas, seperti kamera yang semakin tepat fokusnya. Wajahnya kurus dengan tulang pipi yang bertonjolan, matanya kosong tidak berbola mata hanya tampak dua rongga hitam yang sangat dalam, mulutnya menganga seakan menjerit keras tetapi tanpa suara yang keluar.
Tanpa suara? Salah rupanya anggapanku, dengan makin mendekatnya sosok itu, atau dengan makin terpusatnya konsentrasiku perlahan mulai terdengar suara jeritan dan tangisan yang menyayat hati, suara itu seakan ada seakan tidak, lain dengan suara manusia biasa, lebih menyerupai gaung, lebih ringan mengambang jernih, lebih jernih dari nada dering handphone merk apapun, tapi jika terdengar pasti membuat bulu kuduk berdiri.

Banyak orang yang mengatakan bahwa ada makhluk di alam di bawah manusia salah satunya bersemayam di habitat air, tapi baru kali ini aku sungguh sungguh bertemu dengannya.

Dalam salah satu buku yang pernah kubaca dijelaskan bahwa salah satu alam roh yang lebih rendah dari alam manusia, mengklasifikasikan jenis roh berdasarkan lima unsur, yaitu metal (chin), kayu (mu), air (shue), api (huo), tanah(du). Di mana setiap jenis mempunyai karakter tersendiri, yang muncul di depanku ini pastilah roh setan berunsur air, anehnya biasanya mereka senang tinggal di daerah yang tidak banyak manusianya, seperti di tepian sungai, di bawah jembatan, atau mungkin juga di pantai.
Mereka bersifat penyendiri, satu roh berada di satu tempat tempat kekuasaanya sendiri tanpa ada roh lainnya. Tidak seperti jenis roh berunsur kayu misalnya mereka tidak berkeberatan untuk tinggal bersama, jadi lumrah pada satu pohon beringin besar bersemayam beberapa roh sekaligus.
Setan air disebutkan biasanya diliputi oleh hawa kebencian yang amat dalam, mungkin karena pada umumnya mereka mengalami proses kematian yang tidak mengenakkan.
Saat membaca buku itu aku sempat heran bagaimana sang pengarang bisa mendalami karakter para setan, apakah sama dengan orang orang yang suka meneliti sifat orang berdasarkan Zodiac. Hanya saja karena setan tidak mempunyai tanggal lahir atau tanggal kematian sehingga tidak bisa digolong-golongkan zodiacnya, sehingga ia pun ‘menciptakan’ pembagian berdasarkan lima unsur utama yang sebenarnya adalah unsur dalam ilmu hongsui.
Tapi malam itu aku merasakan apa yang ditulisnya itu ada benarnya juga, hawa kebencian bercamput hawa membunuh yang meluap mendahului makhluk itu mencapaiku, membuat dadaku terasa sesak. Aku merasa seakan menjadi anak ayam yang akan menjadi mangsa seekor ular kobra, jelas jelas tahu bahwa di depannya ada seekor ular yang siap akan menerkamnya tapi terpaku tidak bergerak tidak mampu melarikan diri bagai terhipnotis oleh pandangan sang ular. Atau inikah yang dirasakan oleh korban vampire yang sering kutonton di film horror, yang sering kutertawakan dalam hati karena hanya bisa pasrah mempersilakan sang pangeran kegelapan untuk menghisap batang lehernya.
Sesaat aku terbengong itu, makhluk yang tampaknya maju dengan perlahan itu tak dinyana telah berada hanya dua meter di depanku. Belut belut kecil yang sedari tadi terus berputar mengelilingi sekujur tubuhnya bergerak maju ke arahku.
Tanganku bergerak mengatupkan kedua telapak di depan dada, secepat mungkin kukerahkan semua chi yang ada untuk mengelilingi tubuhku yang mulai menggigil kedinginan.
Kurasakan hawa hangat mulai menyelimutiku dari ujung kepada turun terus menyelubungi dada, perut turun terus ke bawah …
Tapi terlambat, kaki kananku kena……terasa gigi gigi yang runcing menhunjam masuk betis kananku, sekejap kemudian badan belut itu telah dengan erat melilit kakiku. Hawa dingin yang menusuk tulang merasuki tubuh melalui telapak kaki tepat di bawah ibu jari.
Banyak orang berpendapat bahwa manusia mempunyai sembilan lubang yang menghubungkan tubuh bagian dalam dengan keadaan luar, di mana keadaan luar bisa sebagai alam manusia maupun juga alam lain. Kesembilan lubang itu adalah dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, mulut, anus dan lubang kelamin. Semua interaksi antara keadaan di dalam tubuh seseorang dengan bagian luar dilakukan melalui lubang tersebut. Memang pandangan demikian adalah benar dari sisi pandang tertentu saja, kenyataanya masih ada lubang lubang yang tidak terlihat dengan kasat mata. Misalnya saja ada ajaran yang mengatakan bahwa beratus ribu lubang pori pori di permukaan kulit manusia adalah lubang perantara, bagian gerbang gerbang portal kecil yang berserakan di seluruh internet yang menghubungkan platform antara operating system yang dipakai, dalam ini kesadaran manusia itu sendiri, dengan lingkungan cyber di luarnya.
Bagaimanapun yang cukup sering kudengar adalah dua titik di telapak kaki manusia tepat di bawah masing masing ibu jari kaki merupakan gerbang portal yang cukup besar untuk keluar masuknya arwah atau roh atau kesadaran atau apa pun istilahnya dari seseorang atau sesuatu yang ingin masuk. Hal ini cukup kepercayai karena sewaktu kuliah semester akhir dulu, saat aku dengan beberapa teman KKN di salah satu desa di dekat Jogjakarta, salah seorang teman putri kerasukan saat membantu menebangi rumpun bambu yang menghalangi jembatan yang kami perbaiki. Beruntung salah satu pemuka desa yang menemani kami kerja bakti cepat bertindak. Dengan menekan satu butir merica putih di telapak kaki kanan temanku itu, ia memaksa roh yang masuk untuk keluar lewat telapak kaki satunya.
Setengah gemetar, tanganku mengulur jauh ke belakang berusaha meraih tangga aluminium untuk naik. Kekuatan setan air adalah paling besar jika dia berada di dalam air, banyak korbannya dibuat lemas tenggelam. Jadi pikirku dengan berusaha naik dari air kolam, kekuatannya dapat melemah dan kesempatan untuk menyelamatkan nyawa kecilku ini lebih besar.
Berhasil…..tangan kananku berhasil meraih anak tangga itu, tetapi saat itu juga kaki kiriku berhasil disergap oleh salah satu belut yang menyerang.
Arghhh…..tak terasa mulutku mengeluarkan teriakan cukup keras, cukup keras untuk mengalahkan bunyi TV yang tengah ditonton oleh para pegawai kolam renang. Dua orang pegawai laki laki bergegas menghampiriku.
Belum sampai mereka mencapaiku, sosok putih berselimutkan hawa kebencian itu telah melepaskan cengkeramannya dan dan mundur menjauh secepat ia tadi mendekat.
Memang pada dasarnya setan tidak suka terhadap hawa manusia. Tanpa disadarinya atau tidak setiap manusia yang masih hidup sedikit banyak pasti akan mengeluarkan hawa manusia atau Ren-Chi, yang termasuk hawa panas atau hawa ‘yang’, yang mana bagi para roh yang hidup di alamnya yang bersifat dingin atau ‘yin’ amatlah mengganggu. Oleh karena itu semakin banyak manusia berkumpul di suatu tempat kumpulan Ren Chi akan makin besar sehingga para makhluk dunia lain enggan mendekat.
Dibantu oleh mereka, aku bisa naik dari kolam itu setengah menyeret tubuhku.Dengan perasaan lemas kujelaskan pada kedua petugas kolam bahwa kakiku kram ototnya, mereka pun bingung tak percaya karena jarang sekali kedua kaki bisa sekaligus kram keduanya, apalagi tampak dengan jelas bekas merah gigitan gigi gigi kecil di kedua kaki. Tetapi melihat keadaanku yang sudah lemah lunglai mereka pun segan untuk terus bertanya, segelas teh panas dengan cepat muncul di hadapanku.
Setelah rona kemerahan sudah kembali mengisi pipiku yang pucat pasi. Barulah mereka bercerita, ternyata di minggu ini saja sudah ada tiga orang yang kakinya kram saat berenang di malam hari, tetapi mereka mengira mungkin karena suhu udara belakangan ini cukup dingin atau para perenang tidak melakukan pemanasan yang cukup.
Aku hanya bergumam….entah apakah diganggu roh yang sama.


Mojoville, Aug ’04

OddieZ
For Bro Eel at BV.

Pangsit Mie

Pangsit Mie

Anak tangga itu memang sangat tinggi, kasar dan berlumut, semen lapisan teratasnya sebagian sudah mulai terkelupas. Sore itu aku berdiri lagi di ambang pintu depot itu menatapi atas tangga itu. Semacam perasaan deja-vu meliputiku, ini seakan suatu adegan di film yang telah berulang kali aku saksikan. Udara mulai terasa dingin, adzan maghrib terdengar sayup di kejauhan, langit cepat sekali menggelap, matahari tak sabar secepat mungkin masuk ke peraduannya, Puluhan burung walet terbang di atas menuju ke sarangnya. Setelah kupikir lagi memang aku cukup sering membeli bakso di tempat ini, pangsit mie nya juga lumayan enak. Tempat yang menjadi ‘depot’ ini sebenarnya adalah bangunan sayap kiri dari rumah kuno yang besar sekali. Pemiliknya hanya memakai sebagian kecil dari rumahnya untuk berjualan. Aku sendiri lebih suka membeli baksonya, karena bakso itu buatan sendiri dan tidak memakai bahan pengawet sehingga rasanya enak, dan yang lebih penting..aku tidak perlu menunggu lama di sana. Entah mengapa, setiap kali aku ke sana tetap ada perasaan tidak enak menyelimutiku, lampu penerangan yang hanya sepuluh watt di langit langit yang tinggi khas rumah kuno itu tak cukup menerangi, ditambah lagi bau lembab yang tercampur dengan wangi pangsit mie yang sedang dimasak. Tetapi karena si Dia lebih senang makan pangsit mie, maka setiap kali aku harus menunggu pesanannya selesai, terpekur di sana sendirian mengamati anak tangga yang sama itu lagi.
Kupencet HP ku untuk membuka keylock melihat sudah jam berapa sore itu. Memang setelah punya HP aku enggan memakai arloji lagi, di rumah ada beberapa buah tergeletak tak terpakai mulai dari Swiss Army, Seiko, Swatch. Karena dengan HP yang sudah ada jam, kurasa tidak perlu lagi membuat pergelangan tanganku berkeringat memakai jam tangan lagi dan tidak perlu pusing takut kecopetan lagi. Seringkali teman-teman bertanya kapan jam jam tersebut mau dilelang, tiap kali aku hanya tersenyum saja…sayang khan meski jarang dipakai masih menjadi koleksi yang berharga. Hampir 15 menit aku menunggu, memang lambat sekali pelayanannya gerutuku, coba bayangkan kalo ada 5 pelanggan sekaligus yang datang, pasti aku harus menunggu sampai satu jam.
Tak sabar aku beranjak menuju pintu samping, dari pintu itu kita bisa langsung menengok ke dalam dapur. Tidak terdengar suara apapun, tampak sesosok tubuh berambut putih bersanggul, memakai kebaya, mungkin warna tidak begitu jelas mungkin luntur karena lamanya, hijau muda mungkin. Ibu tua itu berdiri setengan terbungkus diam mengaduk sesuatu di dalam panci. Kutanya dia apakah pesananku sudah selesai. Perlahan dia menengok ke arahku, astaga…keriput di mukanya yang pucat itu..seakan dia berusia satu abad, dari depan pintu yang tak jauh bisa kulihat kulit mukanya seperti sangat kering, bagai kulit ular yang hampir mengelupas. Bau lembab yang dari tadi tercium semakin menyengat, bagaikan membuka suatu lemari baju lapuk yang lama tidak dibuka. Bulu kudukku semakin merinding ketika dia membuka mulut menjawab,” Sebentar lagi ya..”. Mulutnya berwarna merah, terlihat beberapa giginya yang tersisa berwarna kuning. Mungkin seperti perempuan jaman dulu dia punya kebiasaan menyirih, pikirku menenangkan diri. Bau anyir langsung menyergap lubang hidungku bercampur dengan bau apek dan lembab tadi. Aku pun mengangguk dan bergegas kembali ke dalam depot yang lebih terang, di sana memang ditaruh empat meja kayu sederhana untuk pelanggan yang ingin bersantap di sana.
Belum sempat kunyalakan batang rokok yang baru kukeluarkan, muncul perempuan muda pelayan depot yang sering kulihat. “ Maaf lho Mas,” katanya tersenyum manis,” Tadi pangsitnya lagi habis, jadi harus dibuat dulu.” Aku mengganguk kecil menunjukkan pengertian. “ Kok sudah selesai? Kata Mbah di sebelah tadi masih sebentar lagi …”tanyaku. Raut muka si Mbak pun berubah aneh.” Wah Mas ini…ojo guyon lah. Wong di dapur ndak ada orang, dari tadi cuman saya sama TaCik (pemilik depot) yang sibuk di belakang mbuat pangsit.” Tak terasa batang rokok di tanganku jatuh ke lantai, bulu kudukku berdiri terus tak kunjung turun seakan aku seekor hyena, cepat cepat kubayar pesananku dan secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Sejak kejadian itu sampai sekarang aku masih belum ada keberanian untuk pergi ke depot itu lagi.

OddieZ
Mojoville, Mei 2003.

Tabrak lari

Diparkirnya sembarangan sepeda motor di ruang tamu depan.

Tergesa gesa ia masuk ke dapur, menggapai botol aqua di dalam kulkas yang langsung ditelannya habis.
Peluh bercucuran dari rambut yang sedari tadi tertutup helm.

Tempat lampu depan motornya masih kosong, karena tiga hari lalu menabrak sebuah mobil sedan warna keemasan. Beruntung ia cepat bisa berdiri dan lari secepat mungkin, sehingga oom gendut, pengemudi sedan tidak sampai menangkapnya.
Si oom hanya bisa marah marah sambil memunguti remah-remah pecahan kaca lampu belakang sedan serta lampu depan motornya yang terlepas karena terbentur keras.
Kalau sampai tertangkap, wah tak terpikir berapa uang yang harus dikeluarkan untuk mengganti kerusakan mobil itu.
Tapi tak sedikit pula biaya telah habis memperbaiki motor yang juga rusak parah itu.

Sebetulnya bukan oom sopir sedan yang ditakutinya, tetapi ibu tua yang sebelumnya direbut tas tangannya yang terus menjerit-jerit minta tolong sampai orang kampung banyak yang keluar mengejarnya.
Digebernya motor sepenuh tenaga sampai tak terlihat mobil yang telah menyalakan lampu seinnya mau menepi.

Nenek tua itu bandel sekali, sampai kelewang yang biasanya diayun-ayunkan untuk menakuti korbannya harus benar-benar disabetkan ke punggung si nenek, baru tas tangannya terlepas. Padahal isi tas tidak sampai beberapa ratus ribu, serta seuntai jam tangan laki-laki tua yang sudah tua dan rusak sehingga tak laku dijual.
Tapi mengapa jam tangan itu malah dilingkarkan di tangannya, mungkin sebagai kenangan pergulatan yang gigih dari sang nenek, yang kemudian terjerembab jatuh setelah berteriak histeris, huh mudah-mudahan mampus tuh nenek

Diliriknya jam tangan rusak yang terlingkar di pergelangan kirinya, sedikit menutupi tattoo tengkorak yang menyeringai jelek.

Huh, menyesal rasanya ia hanya memotong kuping si tukang tattoo sialan itu, seharusnya kusobek saja lehernya, berani benar membuat gambar sejelek itu di tanganku.
Sang tengkorak terus tersenyum manis menantangnya.

Tengkorak tampak makin kabur, rupanya efek beberapa botol bir yang digelegaknya di warung pojok mulai bekerja.
Tak terasa badannya telah tergeletak di sofa reyot yang merangkap tempat tidurnya di rumah kontrakan yang hanya punya satu ruang itu.

Sialan, siapa lagi ini malam-malam berani datang mengganggunya. Apa si Rudi Ceking yang tinggal di sebelah rumahnya, salah masuk setelah teler menghisap cimeng.

Bayangan itu semakin mendekat, bau busuk menyengat bercampur wangi aneh…… kemenyan.

Mendadak ia merasakan tangannya diangkat, dan jam tangan dicoba direnggut dengan kasar.

Sialan Si Rudi, dia pikir mabuk berat aku, sampai arloji pun mau diembat.

Diraihnya kelewang yang tergeletak di bawah sofa dan diayunkan ke arah bayangan itu.

Aaaah…terdengar teriakan perempuan, iyah teriakan perempuan tua…… teriakan nenek yang dibacoknya kemaren.

Kelewangnya menghantam angin, bayangan itu makin dekat, seringai marah nenek dengan giginya yang sisa beberapa biji, besar dan kuning menghamburkan nafas mayat busuk tetap ke mukanya seraya mendesis…
Kembalikan ….Kembalikan…Kembalikan…..





The oom gendut.
Mojoville, 2 Mei 2007. Night
My Revenge is still not paid.