Monday, November 24, 2008

kemelekatan akan makanan

Sedikit catatan ttg kemelekatan akan makanan...

As I chatted with a friend this morning in school after we sent our kids into class, he recommended another place for breakfast.
The previous places he introduced are ok, since he was born in this small town he should knows even all the dark corners of this place.

Thus, I went directly for the hunt.
The location is on Jl. KH Nawawi, just next to the notorious “ Sinar Galaxy” shop.
















Here it is…

They said that there is some other dishes other than nasi campur, since I wanna take it home, still nasi campur is better choice..

The inside.
And the food.
The left one is nasi campur with peyek udang, I also try a pepes pindang, the right one is nasi campur originale which they put empal bumbu in it.


Seconds before excecution..




Not bad.
Actually the warung is cleaner than some previous places…

Price :
Ns Campur 6.5 K
Pepes Pindang 1.5 K

Oddiez,
Mojoville Nov 2008.
Mojokerto breakfast hunt series

Wednesday, November 19, 2008

Musim ancaman Bom

Menggerutu Edward mencampakkan rokok yang hampir habis dihisapnya.

Senin pagi bukanlah waktu favoritnya, tetapi telepon dari Detasemen 88 Jakarta harus langsung ditanggapi.

Masalah yang lagi ngetrend, ancaman bom di plaza, terlalu mudah mengirimkan SMS, ataupun telepon langsung ke tempat target.

Tetapi baru kali ini ia mendapat perintah langsung untuk mencari pengirim terror, ancaman dikirim 30 menit yang lalu, ke Plaza Semanggi, Jakarta.
Dan Edward sudah di atas sebuah sepeda motor butut menuju ke lokasi handphone sang pelaku yang dilacak posisinya, dan itu adalah…di desa..di pinggiran Kepanjen, Malang, Jawa Timur.

Berbagai macam analisa bermunculan di benak Edward, dari profile pengirim teror yang sudah tertangkap, mungkin ini juga berasal dari seorang pelajar di desa yang iseng mengirimkan SMS, ke nomor telepon plaza di Jakarta yang mungkin didapatnya di internet. Dan saat ini sang pengirim sedang tertawa terkekeh-kekeh di depan TV mengamati orang-orang berhamburan keluar dievakuasi dari plaza itu.
Manggut-manggut Edward seakan membenarkan analisanya sendiri, hanyalah orang iseng yang tidak profesional yang cukup bodoh untuk terus menghidupkan handphonenya dengan menggunakan nomor yang sama. Dengan teknologi tracking yang ada, dalam hitungan menit koordinat HP langsung bisa dideteksi.
Pekerjaan memburu pemegang HP di desa Kepanjen tentulah paling cepat dilakukan olehnya, intel polisi yang daerah tugasnya di Kepanjen.

Blink..blink…cahaya kehijauan berpendar di layar LCD alat tracking yang digenggamnya.
Semakin…jalanan desa semakin sepi, menjauh dari pemukiman warga.
Ladang jagung dan tebu nampak di kanan kiri, mendekati hutan yang belum terjamah, sempat pusing juga si Edward, jika benar sasarannya ada di dalam hutan, pengejaran ini tak bakal berakhir dengan mudah. Dia harus kembali ke desa untuk mempersiapkan semua perbekalan yang bakal diperlukan.

Blink..blink…300 meter di depan, mengendap-endap Eddy ( banyak orang desa yang kesulitan membaca nama Edward, karena itu lebih akrab ia lebih dikenal dengan Eddy ) mengintip dari balik pepohonan di mana sepeda motornya telah diparkir tersembunyi.

Di tengah pematang sawah yang baru dipanen tampak sebuah gubuk tempat istirahat, dengan dinding anyaman bambu yang berdiri separuh, persis seperti yang ada di cerita-cerita klasik, di mana bu tani setiap membawa makan siang di dalam bakul, untuk diberikan kepada suaminya yang bekerja di sawah.

Tapi tak seorang pun nampak pagi itu di ladang.
Cericip burung kepodang sesekali bersahutan di atas pohon
Tak ada segerombolan pelajar iseng yang sedang berkumpul, tak ada seorangpun yang terlihat.
Mengendap maju, dicabutnya pistol yang tersarung di pinggang.
Mungkin juga ada sang empunya HP sedang tiduran di dalam gubuk dibuai semilir angin pagi yang segar.

Keringat sebesar jagung bermunculan di dahi.
Dikeraskan pegangan tangan pada pistol yang sedikit gemetar, jari telunjuk telah siap menekan pelatuk.

Selama ini preman, pencuri, perampok, berbagai orang telah pernah dihadapi Eddy.
Tetapi kali ini lain, kali ini teroris, seorang pelajar iseng ataukah seorang lulusan training militer di Afganistan, sungguh perbedaan yang sangat besar. Dia harus mempersiapkan diri untuk yang terburuk, karena nyawa taruhannya.

Pintu gubuk hanya satu meter lagi, dihirupkan udara panjang dan dia melompat ke depan pintu dengan pistol teracung ke depan..

Kosong, tidak ada satu makhluk pun di dalam.
Sejenak terpaku, matanya berkelebat melihat isi gubuk.
Tikar usang yang menjadi alas. Topi bambu yang tersandar miring di pojok lantai. Kendi tanah liat yang coklat menghitam, satu gelas yang berisi air separuh.
Sebuah ransel hijau yang tergantung di ujung tiang gubuk.

Seluruh panca indera Eddy bergetar penuh waspada, dari pengalamannya menjadi intel selama bertahun-tahun sesuatu menyuruhnya cepat pergi, dengan cepat dia mundur dua langkah, dan berancang- ancang untuk berlari.

Dan pada saat itu terdengarnya suara dering handphone dari dalam ransel hijau yang tergantung di tiang gubuk.

“Keparat ! Habislah aku,” pikir Edward bin eddy. Ancang-ancang untuk berlari pun tidak diteruskan, melompatlah ia ke permukaan sawah yang mengering dengan sisa sisa panenan padi…

Blar…..Gubuk itu lenyap, sisa sisa bangunan menyala ditelan api. Asap hitam tebal membumbung tinggi.
Suara ledakan yang cukup keras itu membuat beberapa petani yang sedang bekerja di ladang sekitar berlarian datang, untuk kemudian menemukan Eddy yang tengkurap pingsan berdarah, dengan luka bakar serta luka di punggung tertancap serpihan bambu, kayu serta entah apalagi.
Setidaknya masih ada hela napas lemah di tubuh itu.

Di kejauhan sesosok hitam beranjak menjauh, sambil memasukkan sebuah handphone ke dalam saku celana.


Oddiezz, November 2008.

Wednesday, July 9, 2008

So tepat....

Bell juz rang.

Daku sudah tercengang melihat horoskop Yahoo hari ini...rasanya pas sekali...

Whether you are a volunteer or you do it for a living, if your daily activity involves some kind of altruism or giving of yourself, today you may learn a very important lesson, dear Aquarius. You are going to learn that in order to help other people, you need to learn to take care of yourself. After all, how can you help other people as much as you would like to if you don't take good care of yourself mentally and physically?

Make me think, kok kayanya semua emang utk org laen yah,
kapan duduk sendiri tenang, have a time for myself,
struggling in daily work that is for myself,
care for my own career, be selfish once in a while.
Having a time of my own, reading all the unfinished e-books ( musashi - eiji yoshikawa yang udah terlantar beberapa hari ini )
and comics.

Hmmm....one step at a time.

First...a nice hot cup of coffee.

Wednesday, May 7, 2008

HP merah

Ha pe merah itu akhirnya menjadi miliknya.

Telah tiga bulan lebih, Andy mengincar ha pe mungil berwarna merah yang terpajang di toko kecil penjual ha pe second itu.

Andy dengan rajin menyimpan gaji mingguannya sebagai pembantu tukang masak di warung masakan Chinesse Halal. Yah Chinesse, tulisan itulah yang terpampang di kain selebaran yang menutupi sekeliling warung itu, tetapi tidak pernah ada orang yang protes, sepertinya semua mengerti itu artinya masakan Cina…Chinese food, hmm sungguh suatu ejaan yang mencerminkan kualitas makanannya. Rokok A Mild hijau kegemarannya sudah lama tidak terlihat tergantung di ujung bibir kiri yang agak menghitam ternoda nikotin.

Gadis manis berlesung pipit penjaga toko itu hanya tersenyum melihatnya hampir setiap hari lewat hanya sekedar lewat untuk melirik ha pe merah itu. Di kala toko sedang sepi, sang gadis dengan senang hati mempersilahkan Andi menimang-nimang dan membelainya..hape itu bukan sang gadis..

Tak dinyana siang itu tukang becak tetangga sebelah mengembalikan sejumlah hutang, yang selama ini dianggap Andi sebagai amal karena tidak pernah dikembalikan. “Dapet nomer nDi,” katanya. Terima Kasih nomer buntut..atau apapun itu, sebelum berangkat kerja malam itu, ha pe merah sudah terselip manis di kantong belakang celana jins bututnya dengan bonus nomor hp si gadis manis penjaga toko.

Sungguh ramai warung malam itu, malam minggu, seakan semua orang-orang tidak ada yang memasak di rumah lagi. Mungkin dengan minyak tanah yang mahal dan elpiji yang menghilang di pasaran, telur ayam yang melangit harganya, lebih murah rasanya makan di warung.
Diseretnya badannya yang luar biasa capek pulang, setengah jam jalan kaki di tengah malam yang sejuk, hmm cukup nyaman seandainya badannya tidak secapek ini.
Hp merah itu dipencet-pencetnya sebagai teman berjalan. Satu nomor telepon di phone book.

Karti, sang gadis lesung pipit penjaga toko. Larut malam begini bukanlah waktu yang tepat untuk menelepon gadis yang sudah dengan senang hati memberikan nomer hp padanya.
Aih.. mengapa ada nama lain, Cindy, dengan dua nomor telepon, nomor seluler dan nomer rumah. Mungkinkah ini nama yang
tersisa dari phone book lama yang terekam dalam hp merah ini ?
Jika demikian, mungkin ada foto juga yang masih belum terhapus dalam hp ini. Benar, Cindy001, Cindy002,Cindy003, wow wow….cewe ini jauh lebih cantik dari sang lesung pipit. Sedikit berdarah campuran, mirip Aisyah dalam Ayat-ayat Cinta, setidaknya begitulah mata capek setengah mengantuknya berkata.
Hampir tidak sadar ketika dipencetnya tombol call untuk menelepon Cindy.

Jam 2 malam, ingat Andi saat dia selesai menelepon dan langsung jatuh tertidur di ranjang.
Cindy ternyata teman dekat bekas pemilik hp merah itu. Sungguh seorang gadis yang ramah, penuh selera humor dan berpendidikan, begitu setidaknya terdengar lewat pembicaraan semalam.
Jam 2 siang, Andi bergegas menuju rumah Cindy, sesuai janji mereka untuk bertemu.

Sepasang suami istri tua dengan sopan mempersilahkannya duduk.
Hanya saja, lima menit kemudian Andi terduduk lemas tak bertenaga,
saat mereka menjelaskan bahwa Cindy telah meninggal dua bulan yang lalu.

Rekaman dalam Hp bisa bertahan lama.
Berapa orang kah dalam list phone book mu atau yang terfoto, mungkin sudah tak ada lagi menghirup napas di dunia ini ?
ever cross your mind ?

Oddiezz,
Serpong, May 5, 2008

Tuesday, February 19, 2008

Impermanence

Bumped into reading this last night ....


If you know that all things are impermanent,
all your thinking will gradually unwind
and you won’t need to think too much.

Whenever anything arises,
all you need to say is "Oh, another one!"

Just that!


- - - - -
hmm... a good way to kill my pain ?