Thursday, June 4, 2009

Kebiasaan

Sering di depan rumah banyak anak-anak kecil bermain di jalanan, kebanyakan anak-anak tetangga bersama teman sekolahnya yang lagi datang untuk main. Kadang anakku juga ikutan berlarian di depan. Suatu hari aku beli beberapa ice cream untuk dibagikan kepada mereka, agar mainnya tambah asik. Tapi beberapa saat kemudian aku tercengang, banyak anak dengan langsungnya membuang bungkus ice ke jalanan. Anak anak itu sekolah di sekolah-sekolah terbaik di kota ini, bukan termasuk anak-anak bandel, dari keluarga baik-baik, beberapa di antaranya aku tahu bahkan mempunyai prestasi bagus di sekolahnya.

Tetapi kok tidak mempunyai kesadaran tentang membuang sampah di tempatnya. Bukannya sok, tetapi itu suatu hal yang sangat mendasar tentang kepedulian terhadap lingkungan. Lama aku berpikir, apa yang salah ada di sistem pendidikan ? atau dalam keluarga ?

Dari sekolah pasti sudah diajarkan tidak boleh buang sampah sembarangan, tapi dari pengalaman antar anak ke sekolah di pagi hari, kuamati keadaan sekolah yang penuh sampah, apa mungkin petugas kebersihan kurang rajin menyapu, lalu kulihat seorang murid yang baru membeli mainan di luar, membuka bungkus mainannya, dan langsung dibiarkan jatuh ke tanah..oh my..meskipun disapu tanpa henti pasti tidak akan pernah bersih.
Jika saja daku bisa usul ke pengurus yayasan, adakan kerja bakti, bergiliran untuk setiap kelas, setiap anak dipinjami sarung tangan, sapu, penjapit sampah, tempat sampah, membersihkan halaman sekolah. Dengan demikian para murid bisa punya kesadaran, eh…aku ga akan buang sampah lagi ah…..biar ga usah capek-capek bersihkan, lebih lanjut lagi malah bisa memperingatkan sesama teman..eh buang di tempat sana lho…biar sekolah kita bersih.
Perlu juga diberitahukan kepada anak kalau tidak ada tempat sampah, apa yang harus dilakukan. Di Singapore dan Taiwan, sudah sangat terbiasa mengantongi lagi bungkus permen jika di sekitar kita tidak didapati tempat sampah, sampai nanti kita melewati tempat yang ada tempat sampahnya baru dibuang.

Dan yang tidak kurang pentingnya adalah dari keluarga, ortu harus lebih dulu punya kesadaran yang cukup. Jadi sering mengingatkan anaknya agar tidak buang sampah sembarangan. Pernah sekali seorang teman yang sudah tinggal bertahun-tahun di luar negeri sedang pulang dan kujemput untuk jalan-jalan, di tengah perjalanan dengan santainya dia buka kaca mobilku dan membuat satu kantong plastik berisi sampah ke pinggir jalan sampai daku hampir kaget berteriak, eh itu ada tempat sampah di dalam mobil. Tak habis pikir kutanya dia, bukannya di sono sangat bersih dan tidak boleh buang sampah sembarangan. Iyah, jawabnya tapi di Indonesia khan ga pa pa. Oh, jadi boleh atau tidak ditentukan oleh di mana, ada tidaknya peraturan, ada tidaknya denda ? Konsep yang keliru sekali.

Sudahkan anak anda (atau anda) membuang sampah dengan benar ?

Just a lil thought….

Mojoville, June 2009.

Tuesday, April 21, 2009

Makanan yang berarti

Ada banyak cara untuk mengenang suatu tempat, ada petualang yang mengambil pasir dari setiap pantai yang pernah disinggahinya, ada yang membeli tempelan magnetic untuk pintu kulkas di setiap Negara yang dikunjunginya, wisatawan jepang yang gemar mengklik camera ke setiap scene yang dilihatnya, sebagian terus melihat monitor LCD di handycam yang selalu disorotkan sehingga lupa untuk menikmati pemandangan indah asli yang sesungguhnya, dan banyak lagi..

Daku percaya salah satunya adalah makanan.
Makanan yang menyimpan kenangan, akan terasa lebih nikmat karena mempunyai makna tersendiri.

Beberapa saat lalu tiba-tiba muncul kerinduan yang sangat untuk merasakan kembali kacang kuah panas ditambah cakue, ingatan udara dingin di kota asal, ramai irama musik dari pertunjukan potehi di kelenteng, semerbak wangi kacang kuah merebak dari warung penjual di sebelahnya membuat perut ikut bergenderang. Atau gerimis tipis turun, mengibaskan jaket yang basah, cangkruk di depot di jalan Semeru, menunggu kacang kuah panas dihidangkan.

Atau di kala kuliah, di mana uang makan tinggal sedikit dan mulut tak kuasa membuka untuk memberitahu. Yang bisa dilakukan adalah cari makanan yang murah dan mengenyangkan. Seperti depot mie daging sapi yang menjadi favorit para pelajar, karena kuah dan mie boleh tambah sesuka hati sampai perut kenyang.


Dan aku percaya setiap makanan akan lebih sedap jika mempunyai arti ..tersendiri…

Monday, February 2, 2009

Bukan waktu menelan lagi.

Gemetar tubuh kecilku berdiri di dinginnya udara pagi.

Dari belakang kulihat tubuh kakek masih tegap dalam usia tuanya dengan rambut putihnya yang tanpa selembar rambut hitam pun. Jika dilihat dari depan, akan terlihat kedua alisnya yang putih semuanya. Wibawa sebagai seorang bekas guru yang telah mengajar bertahun-tahun tidak lekang dihapus waktu.

Kebingungan kumelihat di depan rumah, di jalan kampung yang kecil, suara berdentum dentum memancar dari dua speaker raksasa yang diletakkan di atas sebuah becak, lagu dangdut diputar keras-keras ditambah dengan teriakan teriakan para pemuda seakan2 tidak cukup keras bunyi lagu itu.
Apakah ada maling yang tertangkap ? Atau sedang ada kebakaran ? Gempa bumi ? Tetapi mengapa kok mereka malah memutar lagu , memakai speaker lagi, banyak yang tertawa-tawa dengan paras mengejek.

Terasa sepasang tangan hangat memelukku dari belakang,” Bu Yao Ba!”, Jangan Takut, kata nenek. Didekapnya tubuhku yang masih bergetar ke arahnya.
“Kami sudah bangun semua”, terdengar suara kakek cukup keras menembus keributan,” Mau apa lagi ?”. Kedua tangannya terkepal keras, seakan siap menghantam jika salah seorang dari mereka nekad masuk ke dalam rumah.

Beberapa saat kemudian, rombongan itu berlalu meyusuri jalan kampung yang sempit, bunyi lagu terdengar makin pelan bersama teriakan-teriakan itu,” Sahur..sahur…sahur..”

Pertama kali kubelajar menelan harga diri.

--@-@--
Beberapa pemuda korak (kotoran rakyat; gali; preman) itu terlihat mengelilingi Oom Chiu, dari kejauhan kulihat percakapan mereka jauh dari omong-omong biasa, terlihat dengan acungan jari ke muka Oom, beberapa di antara mereka bahkan terlihat mengacung-acungkan celuritnya. Perdebatan terlihat semakin sengit, sampai akhirnya Abah, demikan kami semua para tetangga memanggilnya, pemilik toko kelontong yang punya rumah paling bagus di kampung ini, maju untuk menengahi. Para pemuda itu pun bubar, mundur dengan muka terpaksa, takut kualat kalau kurang ajar terhadap Pak Haji.

Semua orang mengenal Oom Chiu, tukan reparasi senapan angin, bukan saja dia terkenal karena ketepatannya dalam membidik sasaran, melainkan juga karena sifatnya yang ramah dan baik kepada semua orang. Suatu waktu dia pernah membagi-bagi buah kelapa, semua tetangga dibaginya, setidaknya dua butir, katanya dia baru kembali dari berburu bajing, empunya kebun senang jika dibantu menghilangkan hama yang bikin banyak kerugian itu, dua bajing untuk sebutir kelapa, alhasil Oom pun pulang dengan hampir satu pick-up penuh kelapa, ditambah dengan daging bajing hasil buruannya.

Seratus ribu !
Pada jaman itu, bukanlah suatu jumlah yang sedikit. Banyak keluarga di kampung itu yang pendapatannya sebulan tidak sampai sebesar itu, termasuk juga Oom Chiu yang orderan reparasi senapan anginnya kadang ramai kadang sepi. Tetapi itulah ganti rugi yang diminta oleh para pemuda tadi. Awal ceritanya, pagi tadi Oom Chiu diminta tolong untuk menembak seekor burung alap-alap yang tiga hari belakangan ini selalu hinggap di atas atap para warga, beberapa tetangga yang memelihara ayam dan burung dara kuatir kalau peliharaan mereka diserang oleh burung buas itu. Burung alap-alap meskipun adalah peliharaan yang lepas, pada dasarnya masihlah burung buas, jika terlepas tidaklah seperti burung dara bisa kembali sendiri ke sangkarnya, malah dia akan mencari makanan sesuai instingnya, daging segar. Dengan ketepatan seorang profesional, sebutir gotri cukup membuat burung itu jatuh ke bawah, setelah itu muncullah segerombolan korak yang mengaku mereka lah empunya burung itu.
Jumlah uang ganti rugi telah diminta, ultimatum adalah waktu maghrib hari ini, jika tidak ada uang, maka mereka siap untuk ber’perang’, boleh pakai senapan, boleh pakai celurit, silahkan pilih mau mati dengan cara apa, demikian sesumbar mereka.

Usul untuk menggantinya dengan burung alap-alap yang baru dan lebih besar tidak mereka terima, padahal di pasar burung, burung serupa dengan badan yang lebih besar tidak lebih dari tiga puluh ribu rupiah.

Beberapa tetangga kemudian sesuai dengan kemampuan masing-masing, mengumpulkan uang, sampai akhirnya cukup, daripada rumahnya terkena peluru nyasar.

Untuk kesekian kalinya kubelajar menelan harga diri.

---O—O---

Sekarang sudah lain, Imlek telah menjadi hari libur nasional, dulu mimpi pun tidak berani. Barongsai menjadi tontonan utama di tv saat imlek.
Kursus- kursus bahasa mandarin telah boleh buka secara terang-terangan, tidak sama dengan dulu, harus sembunyi-sembunyi, jika ditanya ke mana, harus menjawab pergi les matematika.

SBKRI sudah tidak perlu lagi untuk mengurus paspor, katanya, yang mana pejabat-pejabat imigrasi masih sama memintanya, namun segera diperbaiki, katanya. Jika hal ini saja tidak beres, mana mungkin orang memilih presiden ini lagi tahun ini.

Tetapi perjalanan masih terus berlanjut..
Pembangunan patung naga didemo, harus dihentikan.
Pertunjukan barongsai harus dilarang.
Penggunaan aksara Cina harus dilarang.
Masih ada kelompok-kelompok yang serupa dengan korak pengiring becak atau pemilik burung alap-alap.
Mungkinkah ini bukan waktu untuk menelan harga diri lagi.

Mojoville, 2 February 2009
Oddiezz.

Friday, January 16, 2009

Basic Needs

When you are sleepy, sleep
When you are thirsty, drink
When you are hungry, eat
When the time has come, you die.
It's that simple

So during the wake of my aunt last night, bunch of us realized our time has not come yet, when our stomach growled.
Not wanting to leave too long, we take a short walk in a rainy pavement, to find nearest chinese food stall.

We just had simple meal, fried rice - nasi goreng - the red one, fried noodle- mie goreng on its right, and nasi mawut - fried rice mixed with noodle - the white one.


Then I noticed a "Mo Tan Hai " in the menu.
We are familiar with Fu Yung Hai ( the scrambled egg with crab meat in red sauce) here.
But what is this Mo Tan Hai? so I ordered it.
It is fried egg, telur goreng mata sapi, with topping containing vegetable,meat, crab meat, and crab egg.


After attacked, not bad...it tastes..different.

Monday, January 12, 2009

Lost, the tv series

Lost

This is quite an old tv series. I remember when I happened to watch it, the next day I had to fly to China, and my heart beated hard during the trip until in landed safely in Sanghai.
With all this financial crisis, I think that I will have much less flying, thus it is probably a good time to watch it. So when a kind-hearted friend lent me, I said yes with no hesitation.

At first I think this is just a story of a plane crash and all the miserable things which happened to the survivor but it turned out to be much more.
Of course I will not write any summary, many people wrote it already.
But I can resist to write this down.
After I watched how Jack’s wife left him for another guy, even tough Jack is the only surgeon who was able to save her from getting paralyzed. Some thing in me clicked.
Betrayal !
And then John was left alone after being deceived to give up a kidney to his father which dumped him long time ago.
Another betrayal !
Not to mention that the Dharma thing in the Lost.
Namaste !

Something in me just clicked.
Just like in the Lost series, everybody has his own path.
It’s my path to watch it now.
See how I experienced the very same thing, betrayed by the person I saved.
Having he backstabbed me, without any precaution, of course…he was an old friend.
Even a dog will not bite the person who feed him.
How I have to suffer, my life changed, overcame the disappointment and of course the anger.

Watching some part of the story helped me a lot knowing how they deal with this.
How to put it all behind,
How to let go anger.
How to make peace with myself.
How to forgive.
How to trust people again.

When I help people now, it will be for me, myself, my karma…
Never expect any return, and always be careful for any damage that can be done.
But I can help ...again.

And then another old friend send me a Queen’s Concert DVD.
There is still goodness in this world..


… I hand my head and I advertise..
a soul for sale or rent…
Save me… I’m naked and I’m far from home…
- Save Me- Queen.

Wednesday, January 7, 2009

Love