Thursday, May 24, 2007

Makhluk Pemangsa

Ziing….
ugh.. hampir saja pisau celurit itu menyambar lehernya.

Si berewok yang satu ini lumayan lihai juga memainkan sepasang celurit di tangannya.
Iyah sepasang, tak umum memang, biasanya pendekar asal Madura hanya mengandalkan sebuah saja, pasti dia pernah juga menimba sedikit ilmu di negeri seberang.

Di antara para pedagang sapi yang mengeroyoknya, si berewok yang paling berani menyerangnya di posisi terdepan.
Beberapa orang bahkan mengurungnya dari kejauhan sambil mengayunkan celurit mereka tanpa berani mendekat.

Sudah beberapa kali ia berusaha menjelaskan bahwa ia tidak ada hubungannya dengan sapi pedagang yang belakangan ini lenyap, untuk kemudian ditemukan sisa bangkai berupa sedikit tulang berbalut kulit.

Tapi para pedagang dan peternak yang kebetulan berkumpul itu sudah gelap mata, terlalu curiga untuk menerima kehadiran seorang asing di waktu seperti ini.

“Huh, orang orang desa ini tak tau diuntung”,pikirnya,”Sudah berbaik hati aku mau memberitahu makhluk macam apa yang sedang mereka hadapi, malah menuduhku jadi biang keladi peristiwa ini.”

Diayunkan batang kayu pemikul bajunya menyambut senjata yang mendekat.
Trang ..trang…senjata yang bertemu dengan batang kayu langsung mental, beberapa malah terlepas dari pegangan pemiliknya.

Muka si berewok makin merah, marah, melihat beberapa temannya memunguti celurit yang jatuh sambil menggosok telapak tangan mereka yang nyeri.

Dilihatnya beberapa orang berlari menjauh ke arah desa.
Ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi, betapa pun tinggi ilmunya, orang sedesa bukan lah lawan yang enteng, dan pasti korban jiwa tak terelakkan.

Dua kali kibasan tongkat setinggi lutut, berputar tiga ratus enam puluh derajat di sekelilingnya membuat para pengeroyok berteriakan kaget sambil melompat mundur.

Ia meneruskan gerakan tubuhnya menjadi berjongkok rendah, direnggutnya segenggam rumput, dilemparkan ke seluruh penjuru.
Dengan pengeraahan tenaga dalam yang terkontrol, potongan potongan rumput melesat di udara ke arah pengeroyoknya bagai jarum jarum tajam.
Tetapi dengan tenaga yang tidak terlalu tinggi rumput tersebut hanya merobek baju dan menembus sedikit di bawah kulit, cukup membuat orang orang yang terkena menjerit-jerit kesakitan sambil berlarian.
Sedang lainnya ikut semburat lari, kaget mendengar temannya berteriak disertai darah yang mengucur di sana sini.

Si berewok juga berteriak sakit bercampur marah, di lengannya yang berotot menancap beberapa helai hijau rumput.
Meski kedua celuritnya tidak sampai lepas, dia juga harus melompat mundur untuk menghindar luka yang lebih parah.

Dengan langkah pelan tapi panjang, ia mengerahkan ilmu peringan tubuh Mengapung di awan, dalam beberapa ayunan langkah, ia sudah puluhan tombak jauhnya dari pengeroyoknya.

Hmm, sungguh sebagian orang tidak tau diuntung,
Setidaknya ia sudah memberitahu bagaimana mereka harus menjebak makhluk itu, sebelum para ternak habis, dan anak kecil serta bayi mulai dimangsa..seperti di desa sebelah.

Langkah pelannya membuatnya seakan melayang rendah, menjauh memasuki hutan, dengan sinar mentari sore yang meredup membelai rambutnya.

Oddiez,
May 2007.

No comments: