Tuesday, May 22, 2007

Bulan Arwah

Bulan pucat…langit tidak berbintang. Bulan tujuh di penanggalan Cina dianggap sebagai bulan arwah gentayangan, di mana pintu antara dua dunia berbeda terbuka dan banyak arwah yang bisa menyeberang ke alam fana. Tepat pertengahan bulan biasanya diadakan sembahyangan besar khusus untuk menjamu arwah arwah tersebut agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Ini adalah sepenggalan tradisi kuno yang masih dipercayai sebagian masyarakat Cina.

Malam itu Xiao Yu, seorang perawat yang bertugas di rumah sakit Chang Rung di kota Tai Chung, berkemas pulang setelah bekerja lembur hampir duabelas jam lamanya, karena kebetulan rekan kerjanya sedang sakit.
Karena harus bekerja hampir seharian hari itu dia tidak sempat untuk ke kuil untuk mengikuti sembahyang pertengahan bulan yang hampir selalu diikutinya setiap tahun.

Arloji perak mungil di pergelangan tangannya menunjukkan hampir pukul 10 malam, diliriknya ujung jalan perempatan sekitar 200 meter di depannya, masih sepi, belum terdengar deruman sepeda motor sang kekasih yang berjanji akan menjemputnya sepuluh menit yang lalu.

Telah tiga tahun mereka berhubungan, kali ini seakan Xiao Yu menemukan pangeran pujaan hati yang sangat cocok dengan impiannya selama ini, yang selalu setia mengasihinya, meski di segi materiil masih sangat terbatas untuk seorang lulusan universitas yang baru terjun ke masyarakat. Dari kejauhan mulai terdengar suara sepeda motor mendekat, Xiao Yu hampir pasti bahwa si dia lah yang datang, karena di malam selarut ini memang tidak banyak kendaraan yang lalu lalang di jalan. Sebentar kemudian sebuat Honda otomatis, 50 cc, kendaraan yang paling populer di jalanan di Taiwan ini, juga karena harga yang terjangkau,mendekat.

Tubuh kekar yang berbalutkan jaket hitam dan helm teropong tidak menampakkan sama sekali rupa pengemudi sepeda motor biru itu. Tetapi tanpa ragu Xiao Yu mendekat, menyapa dan langsung naik ke boncengannya, dipeluknya tubuh sang kekasih, terasa kehangatan tubuh dan bau harum khas after shave yang telah sangat hapal di benaknya. Apartement kecil kontrakan Xiao Yu hanya berjarak 20 menit dari rumah sakit tempat kerjanya, sedang tempat tinggal sang kekasih adalah 15 menit di arah yang berlawanan, sehingga setelah mengantar Xiao Yu pulang, si dia masih harus menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke rumahnya, dalam hati Xiao Yu merasa cukup bersyukur memiliki kekasih yang penuh pengertian ini.

Sepanjang perjalanan mereka tak bersuara, hanya sepasang tangan mungil Xiao Yu menggenggam erat pinggang si dia, mencoba membagi kehangatan tatkala mereka berdua menerpa angin malam yang cukup sejuk..bahkan agak dingin menembus kehangatan malam. Tak terasa mata Xiao Yu mengantuk..kelopak mata sangat berat hampir tak bisa terbuka.

Pagi hari, hampir jam sembilan baru Xiao Yu menggeliat bangun di ranjangnya yang empuk, anehnya hampir tidak dia ingat kejadian setelah dia mengantuk di boncengan kekasihnya malam kemarin, mengapa tiba tiba terbangun sudah di atas ranjangnya sendiri

Diraihnya telepon, dipencet nomor HP kekasihnya yang seharusnya sekarang sedang bekerja di kantornya, lima deringan berlalu tanpa ada yang mengangkat….hampir ditutupnya telepon hingga ada suara seorang wanita yang menjawab” Wei (Halo)…” serak serak basah seakan habis menangis.

Suatu perasaan aneh menyelimuti hati Xiao Yu saat ia mengenali bahwa itu ada suara ibu kekasihnya.

Bingung…linglung…tak mampu berkata apapun…saat Xiao Yu mendengar berita buruk yang telah menimpa kekasihnya sore kemaren, bagaimana sepeda motornya selip dan ditabrak taxi dari belakang, dan si dia terbaring koma di rumah sakit sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 7 malam kemaren.

Si diakah yang tetap menjemput Xiao Yu pulang kemarin? Menyeberang pintu dua dunia yang masih terbuka untuk terakhir kalinya menjemput sang kekasih tercinta, terakhir kali berpamitan…..Tak kuasa berpikir lebih lanjut, Xiao Yu terduduk menangis tersengguk, teringat jelas bau harum khas after shave yang telah lekat di benaknya saat dia memeluk kekasihnya erat malam kemarin.


Mojoville, October 2002

No comments: