Thursday, May 3, 2007

Tabrak lari

Diparkirnya sembarangan sepeda motor di ruang tamu depan.

Tergesa gesa ia masuk ke dapur, menggapai botol aqua di dalam kulkas yang langsung ditelannya habis.
Peluh bercucuran dari rambut yang sedari tadi tertutup helm.

Tempat lampu depan motornya masih kosong, karena tiga hari lalu menabrak sebuah mobil sedan warna keemasan. Beruntung ia cepat bisa berdiri dan lari secepat mungkin, sehingga oom gendut, pengemudi sedan tidak sampai menangkapnya.
Si oom hanya bisa marah marah sambil memunguti remah-remah pecahan kaca lampu belakang sedan serta lampu depan motornya yang terlepas karena terbentur keras.
Kalau sampai tertangkap, wah tak terpikir berapa uang yang harus dikeluarkan untuk mengganti kerusakan mobil itu.
Tapi tak sedikit pula biaya telah habis memperbaiki motor yang juga rusak parah itu.

Sebetulnya bukan oom sopir sedan yang ditakutinya, tetapi ibu tua yang sebelumnya direbut tas tangannya yang terus menjerit-jerit minta tolong sampai orang kampung banyak yang keluar mengejarnya.
Digebernya motor sepenuh tenaga sampai tak terlihat mobil yang telah menyalakan lampu seinnya mau menepi.

Nenek tua itu bandel sekali, sampai kelewang yang biasanya diayun-ayunkan untuk menakuti korbannya harus benar-benar disabetkan ke punggung si nenek, baru tas tangannya terlepas. Padahal isi tas tidak sampai beberapa ratus ribu, serta seuntai jam tangan laki-laki tua yang sudah tua dan rusak sehingga tak laku dijual.
Tapi mengapa jam tangan itu malah dilingkarkan di tangannya, mungkin sebagai kenangan pergulatan yang gigih dari sang nenek, yang kemudian terjerembab jatuh setelah berteriak histeris, huh mudah-mudahan mampus tuh nenek

Diliriknya jam tangan rusak yang terlingkar di pergelangan kirinya, sedikit menutupi tattoo tengkorak yang menyeringai jelek.

Huh, menyesal rasanya ia hanya memotong kuping si tukang tattoo sialan itu, seharusnya kusobek saja lehernya, berani benar membuat gambar sejelek itu di tanganku.
Sang tengkorak terus tersenyum manis menantangnya.

Tengkorak tampak makin kabur, rupanya efek beberapa botol bir yang digelegaknya di warung pojok mulai bekerja.
Tak terasa badannya telah tergeletak di sofa reyot yang merangkap tempat tidurnya di rumah kontrakan yang hanya punya satu ruang itu.

Sialan, siapa lagi ini malam-malam berani datang mengganggunya. Apa si Rudi Ceking yang tinggal di sebelah rumahnya, salah masuk setelah teler menghisap cimeng.

Bayangan itu semakin mendekat, bau busuk menyengat bercampur wangi aneh…… kemenyan.

Mendadak ia merasakan tangannya diangkat, dan jam tangan dicoba direnggut dengan kasar.

Sialan Si Rudi, dia pikir mabuk berat aku, sampai arloji pun mau diembat.

Diraihnya kelewang yang tergeletak di bawah sofa dan diayunkan ke arah bayangan itu.

Aaaah…terdengar teriakan perempuan, iyah teriakan perempuan tua…… teriakan nenek yang dibacoknya kemaren.

Kelewangnya menghantam angin, bayangan itu makin dekat, seringai marah nenek dengan giginya yang sisa beberapa biji, besar dan kuning menghamburkan nafas mayat busuk tetap ke mukanya seraya mendesis…
Kembalikan ….Kembalikan…Kembalikan…..





The oom gendut.
Mojoville, 2 Mei 2007. Night
My Revenge is still not paid.

No comments: