Gemetar tubuh kecilku berdiri di dinginnya udara pagi.
Dari belakang kulihat tubuh kakek masih tegap dalam usia tuanya dengan rambut putihnya yang tanpa selembar rambut hitam pun. Jika dilihat dari depan, akan terlihat kedua alisnya yang putih semuanya. Wibawa sebagai seorang bekas guru yang telah mengajar bertahun-tahun tidak lekang dihapus waktu.
Kebingungan kumelihat di depan rumah, di jalan kampung yang kecil, suara berdentum dentum memancar dari dua speaker raksasa yang diletakkan di atas sebuah becak, lagu dangdut diputar keras-keras ditambah dengan teriakan teriakan para pemuda seakan2 tidak cukup keras bunyi lagu itu.
Apakah ada maling yang tertangkap ? Atau sedang ada kebakaran ? Gempa bumi ? Tetapi mengapa kok mereka malah memutar lagu , memakai speaker lagi, banyak yang tertawa-tawa dengan paras mengejek.
Terasa sepasang tangan hangat memelukku dari belakang,” Bu Yao Ba!”, Jangan Takut, kata nenek. Didekapnya tubuhku yang masih bergetar ke arahnya.
“Kami sudah bangun semua”, terdengar suara kakek cukup keras menembus keributan,” Mau apa lagi ?”. Kedua tangannya terkepal keras, seakan siap menghantam jika salah seorang dari mereka nekad masuk ke dalam rumah.
Beberapa saat kemudian, rombongan itu berlalu meyusuri jalan kampung yang sempit, bunyi lagu terdengar makin pelan bersama teriakan-teriakan itu,” Sahur..sahur…sahur..”
Pertama kali kubelajar menelan harga diri.
--@-@--
Beberapa pemuda korak (kotoran rakyat; gali; preman) itu terlihat mengelilingi Oom Chiu, dari kejauhan kulihat percakapan mereka jauh dari omong-omong biasa, terlihat dengan acungan jari ke muka Oom, beberapa di antara mereka bahkan terlihat mengacung-acungkan celuritnya. Perdebatan terlihat semakin sengit, sampai akhirnya Abah, demikan kami semua para tetangga memanggilnya, pemilik toko kelontong yang punya rumah paling bagus di kampung ini, maju untuk menengahi. Para pemuda itu pun bubar, mundur dengan muka terpaksa, takut kualat kalau kurang ajar terhadap Pak Haji.
Semua orang mengenal Oom Chiu, tukan reparasi senapan angin, bukan saja dia terkenal karena ketepatannya dalam membidik sasaran, melainkan juga karena sifatnya yang ramah dan baik kepada semua orang. Suatu waktu dia pernah membagi-bagi buah kelapa, semua tetangga dibaginya, setidaknya dua butir, katanya dia baru kembali dari berburu bajing, empunya kebun senang jika dibantu menghilangkan hama yang bikin banyak kerugian itu, dua bajing untuk sebutir kelapa, alhasil Oom pun pulang dengan hampir satu pick-up penuh kelapa, ditambah dengan daging bajing hasil buruannya.
Seratus ribu !
Pada jaman itu, bukanlah suatu jumlah yang sedikit. Banyak keluarga di kampung itu yang pendapatannya sebulan tidak sampai sebesar itu, termasuk juga Oom Chiu yang orderan reparasi senapan anginnya kadang ramai kadang sepi. Tetapi itulah ganti rugi yang diminta oleh para pemuda tadi. Awal ceritanya, pagi tadi Oom Chiu diminta tolong untuk menembak seekor burung alap-alap yang tiga hari belakangan ini selalu hinggap di atas atap para warga, beberapa tetangga yang memelihara ayam dan burung dara kuatir kalau peliharaan mereka diserang oleh burung buas itu. Burung alap-alap meskipun adalah peliharaan yang lepas, pada dasarnya masihlah burung buas, jika terlepas tidaklah seperti burung dara bisa kembali sendiri ke sangkarnya, malah dia akan mencari makanan sesuai instingnya, daging segar. Dengan ketepatan seorang profesional, sebutir gotri cukup membuat burung itu jatuh ke bawah, setelah itu muncullah segerombolan korak yang mengaku mereka lah empunya burung itu.
Jumlah uang ganti rugi telah diminta, ultimatum adalah waktu maghrib hari ini, jika tidak ada uang, maka mereka siap untuk ber’perang’, boleh pakai senapan, boleh pakai celurit, silahkan pilih mau mati dengan cara apa, demikian sesumbar mereka.
Usul untuk menggantinya dengan burung alap-alap yang baru dan lebih besar tidak mereka terima, padahal di pasar burung, burung serupa dengan badan yang lebih besar tidak lebih dari tiga puluh ribu rupiah.
Beberapa tetangga kemudian sesuai dengan kemampuan masing-masing, mengumpulkan uang, sampai akhirnya cukup, daripada rumahnya terkena peluru nyasar.
Untuk kesekian kalinya kubelajar menelan harga diri.
---O—O---
Sekarang sudah lain, Imlek telah menjadi hari libur nasional, dulu mimpi pun tidak berani. Barongsai menjadi tontonan utama di tv saat imlek.
Kursus- kursus bahasa mandarin telah boleh buka secara terang-terangan, tidak sama dengan dulu, harus sembunyi-sembunyi, jika ditanya ke mana, harus menjawab pergi les matematika.
SBKRI sudah tidak perlu lagi untuk mengurus paspor, katanya, yang mana pejabat-pejabat imigrasi masih sama memintanya, namun segera diperbaiki, katanya. Jika hal ini saja tidak beres, mana mungkin orang memilih presiden ini lagi tahun ini.
Tetapi perjalanan masih terus berlanjut..
Pembangunan patung naga didemo, harus dihentikan.
Pertunjukan barongsai harus dilarang.
Penggunaan aksara Cina harus dilarang.
Masih ada kelompok-kelompok yang serupa dengan korak pengiring becak atau pemilik burung alap-alap.
Mungkinkah ini bukan waktu untuk menelan harga diri lagi.
Mojoville, 2 February 2009
Oddiezz.
Showing posts with label not a joke. Show all posts
Showing posts with label not a joke. Show all posts
Monday, February 2, 2009
Monday, January 12, 2009
Lost, the tv series
Lost
This is quite an old tv series. I remember when I happened to watch it, the next day I had to fly to China, and my heart beated hard during the trip until in landed safely in Sanghai.
With all this financial crisis, I think that I will have much less flying, thus it is probably a good time to watch it. So when a kind-hearted friend lent me, I said yes with no hesitation.
At first I think this is just a story of a plane crash and all the miserable things which happened to the survivor but it turned out to be much more.
Of course I will not write any summary, many people wrote it already.
But I can resist to write this down.
After I watched how Jack’s wife left him for another guy, even tough Jack is the only surgeon who was able to save her from getting paralyzed. Some thing in me clicked.
Betrayal !
And then John was left alone after being deceived to give up a kidney to his father which dumped him long time ago.
Another betrayal !
Not to mention that the Dharma thing in the Lost.
Namaste !
Something in me just clicked.
Just like in the Lost series, everybody has his own path.
It’s my path to watch it now.
See how I experienced the very same thing, betrayed by the person I saved.
Having he backstabbed me, without any precaution, of course…he was an old friend.
Even a dog will not bite the person who feed him.
How I have to suffer, my life changed, overcame the disappointment and of course the anger.
Watching some part of the story helped me a lot knowing how they deal with this.
How to put it all behind,
How to let go anger.
How to make peace with myself.
How to forgive.
How to trust people again.
When I help people now, it will be for me, myself, my karma…
Never expect any return, and always be careful for any damage that can be done.
But I can help ...again.
And then another old friend send me a Queen’s Concert DVD.
There is still goodness in this world..
… I hand my head and I advertise..
a soul for sale or rent…
Save me… I’m naked and I’m far from home…
- Save Me- Queen.
This is quite an old tv series. I remember when I happened to watch it, the next day I had to fly to China, and my heart beated hard during the trip until in landed safely in Sanghai.
With all this financial crisis, I think that I will have much less flying, thus it is probably a good time to watch it. So when a kind-hearted friend lent me, I said yes with no hesitation.
At first I think this is just a story of a plane crash and all the miserable things which happened to the survivor but it turned out to be much more.
Of course I will not write any summary, many people wrote it already.
But I can resist to write this down.
After I watched how Jack’s wife left him for another guy, even tough Jack is the only surgeon who was able to save her from getting paralyzed. Some thing in me clicked.
Betrayal !
And then John was left alone after being deceived to give up a kidney to his father which dumped him long time ago.
Another betrayal !
Not to mention that the Dharma thing in the Lost.
Namaste !
Something in me just clicked.
Just like in the Lost series, everybody has his own path.
It’s my path to watch it now.
See how I experienced the very same thing, betrayed by the person I saved.
Having he backstabbed me, without any precaution, of course…he was an old friend.
Even a dog will not bite the person who feed him.
How I have to suffer, my life changed, overcame the disappointment and of course the anger.
Watching some part of the story helped me a lot knowing how they deal with this.
How to put it all behind,
How to let go anger.
How to make peace with myself.
How to forgive.
How to trust people again.
When I help people now, it will be for me, myself, my karma…
Never expect any return, and always be careful for any damage that can be done.
But I can help ...again.
And then another old friend send me a Queen’s Concert DVD.
There is still goodness in this world..
… I hand my head and I advertise..
a soul for sale or rent…
Save me… I’m naked and I’m far from home…
- Save Me- Queen.
Labels:
contemplation,
enlightment.,
karma,
lost,
not a joke
Tuesday, December 2, 2008
Kisah tentang Miss
Tata bahasa ok..
Vocabulary cukup..
Imaginasi ok..
and most important..creativity..
not bad for an 8 years old...not bad...

Thursday, October 4, 2007
Sultan or/and President
It’s been a while since the last time I typed something.
Lha kok malah seperti novel Stephen King ‘Bags of Bones’ yang lagi kubaca sebagian saja, dan sepertinya tidak pernah selesai, karena daku keras kepala untuk mencari setiap kata yang tidak kumengerti di kamus.
Memang tidak seperti biasanya dengan mengabaikan beberapa kata yang bisa diterka maknanya, novel King bisa kulahap dengan cepat.
Anyway, beberapa malam yang lalu saat jari jari tangan ini tak hentinya memencet-mencet tombol tv, berlompatan di antara saluran saluran televisi yang tidak menarik. Sampai di MetroTV, di mana salah satu talk show yang dibawakan oleh Andy, seseorang yang tidak keren, berambut keriting, berkumis, dan gaya bicara yang kurang berintonasi, tidak mengundang emosi ( my personal opinion sih), apalagi dengan judul talk show yang jelas2 mencontek judul talk show dari amrik ( duh emangnya org Indo ga ada yg kreatif gitu? bikin judul talk show aja mesti nyontek), sebelum jari tangan ini sempat memencet pindah channel, terlihat bintang tamu kali itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Penasaran juga mendengar kata2 ucapan beliau yang tenang dan berwibawa itu.
Pertanyaan malam itu berkisar dari pengunduran Sultan dari Gubernur DIY, sampai dengan kemungkinan beliau maju ke kancah kursi pemilihan presiden 2009. Sultan tidak menjawab mungkin atau tidak, tetapi semua tergantung dari masyarakat, membutuhkan atau tidak. Tidak terang-terangan seperti Sutiyoso yang telah mencalonkan diri jadi presiden.
Yang paling menarik adalah pertanyaan Andy tentang pandangan Sri Sultan terhadap poligami. Sultan menyatakan tidak akan berpoligami, karena beliau tidak akan mungkin bertindak adil kepada istri-istrinya. Kemudian Sultan pun berkata,” Saya tidak mau berpoligami, karena saya sendiri adalah korban dari poligami itu sendiri.”
Seorang Sultan yang mempunyai hak untuk berpoligami memilih untuk bermonogami, dan diutarakan secara blak blakan kepada umum, tidak takut dicela oleh kumpulan orang2 yang mendukung poligami, ... cool.
Dengan kharisma seperti itu, apakah mungkin Sri Sultan justru cocok menjadi seorang calon presiden kita.
ref : http://www.kickandy.com/topik.asp?id=93
Lha kok malah seperti novel Stephen King ‘Bags of Bones’ yang lagi kubaca sebagian saja, dan sepertinya tidak pernah selesai, karena daku keras kepala untuk mencari setiap kata yang tidak kumengerti di kamus.
Memang tidak seperti biasanya dengan mengabaikan beberapa kata yang bisa diterka maknanya, novel King bisa kulahap dengan cepat.
Anyway, beberapa malam yang lalu saat jari jari tangan ini tak hentinya memencet-mencet tombol tv, berlompatan di antara saluran saluran televisi yang tidak menarik. Sampai di MetroTV, di mana salah satu talk show yang dibawakan oleh Andy, seseorang yang tidak keren, berambut keriting, berkumis, dan gaya bicara yang kurang berintonasi, tidak mengundang emosi ( my personal opinion sih), apalagi dengan judul talk show yang jelas2 mencontek judul talk show dari amrik ( duh emangnya org Indo ga ada yg kreatif gitu? bikin judul talk show aja mesti nyontek), sebelum jari tangan ini sempat memencet pindah channel, terlihat bintang tamu kali itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Penasaran juga mendengar kata2 ucapan beliau yang tenang dan berwibawa itu.
Pertanyaan malam itu berkisar dari pengunduran Sultan dari Gubernur DIY, sampai dengan kemungkinan beliau maju ke kancah kursi pemilihan presiden 2009. Sultan tidak menjawab mungkin atau tidak, tetapi semua tergantung dari masyarakat, membutuhkan atau tidak. Tidak terang-terangan seperti Sutiyoso yang telah mencalonkan diri jadi presiden.
Yang paling menarik adalah pertanyaan Andy tentang pandangan Sri Sultan terhadap poligami. Sultan menyatakan tidak akan berpoligami, karena beliau tidak akan mungkin bertindak adil kepada istri-istrinya. Kemudian Sultan pun berkata,” Saya tidak mau berpoligami, karena saya sendiri adalah korban dari poligami itu sendiri.”
Seorang Sultan yang mempunyai hak untuk berpoligami memilih untuk bermonogami, dan diutarakan secara blak blakan kepada umum, tidak takut dicela oleh kumpulan orang2 yang mendukung poligami, ... cool.
Dengan kharisma seperti itu, apakah mungkin Sri Sultan justru cocok menjadi seorang calon presiden kita.
ref : http://www.kickandy.com/topik.asp?id=93
Monday, July 23, 2007
Persahabatan jari.
Ujung-ujung jari tanganku terasa hangat, dengan sedikit rasa kesemutan. Jelas terasa karena berapa tegukan VSOP yang baru membasahi kerongkonganku ini.
Tapi yang penting sekarang mereka sudah bisa dengan tanpa canggung menari-nari lincah di atas keyboard putih, di laptopku yang juga serba putih ini.
Ugh, bagaimana mungkin aku menjadi seperti yang diceritakan oleh penulis kesayanganku dalam salah satu novelnya, tentang seorang penulis yang tidak bisa lagi menulis setelah ditinggal mati oleh istrinya.
Karena aku sama sekali bukan seorang penulis, dan apalagi belum ditinggal mati oleh istri, haha.
Aku hanya seorang pemimpi yang mencoba menuliskan impiannya, yang sekarang kehabisan ide atau inspirasi atau apapun yang membuatku menulis.
Padahal dari dulu dengan mudah segala isi pikiran dapat kutumpahkan ke dalam tulisan, sehingga kapasitas storage otak dapat kembali kosong untuk pikiran baru yang tak hentinya muncul bak tauge tumbuh dari kacang ijo.
Atau mungkin dengan laptop baru ini, nuansa menulis menjadi hilang, karena aku menjadi mengetik dibandingkan dulu menulis. Menulis di kertas putih, halaman kebalikan dari dokumen-dokumen kerja yang sudah tak terpakai lagi. Yang nanti jika ada waktu baru kuketik ulang dan kusimpan ke dalam file file yang menumpuk usang di salah satu folder kuno di sudut sempit harddisk, di sela gunungan file file pekerjaan yang nampaknya jauh lebih penting.
Pasti bukan karena minuman ini.
Karena di malam-malam lain, berkali lipat dari dosis yang kugelegak sekarang, masih tidak membuatku mampu mulai memencetkan jari-jari tanganku di atas tuts tuts perawan keyboard ini dan mengetikkan sebuah kalimat yang mempunyai arti,
Mungkin malam ini, kali pertama para jari mulai mengulurkan tanda persahabatan dengan para tuts keyboard sekalian. Dan para tuts membuka hati membiarkan para jari menari dengan lembut di atas mereka untuk menuliskan apa saja yang dipikir oleh otak, tak peduli itu berarti atau tidak.
Semoga persahabatan antara otak , para jari, tuts dan laptop dimulai dengan baik dan berlangsung dengan langgeng sehingga ide ide gila sang otak dapat tertumpahkan di dalam file-file bulukan di sudut gelap folder terkucil.
OddiezZ
Mojoville
July 22, 2007
Sleepless night.
Tapi yang penting sekarang mereka sudah bisa dengan tanpa canggung menari-nari lincah di atas keyboard putih, di laptopku yang juga serba putih ini.
Ugh, bagaimana mungkin aku menjadi seperti yang diceritakan oleh penulis kesayanganku dalam salah satu novelnya, tentang seorang penulis yang tidak bisa lagi menulis setelah ditinggal mati oleh istrinya.
Karena aku sama sekali bukan seorang penulis, dan apalagi belum ditinggal mati oleh istri, haha.
Aku hanya seorang pemimpi yang mencoba menuliskan impiannya, yang sekarang kehabisan ide atau inspirasi atau apapun yang membuatku menulis.
Padahal dari dulu dengan mudah segala isi pikiran dapat kutumpahkan ke dalam tulisan, sehingga kapasitas storage otak dapat kembali kosong untuk pikiran baru yang tak hentinya muncul bak tauge tumbuh dari kacang ijo.
Atau mungkin dengan laptop baru ini, nuansa menulis menjadi hilang, karena aku menjadi mengetik dibandingkan dulu menulis. Menulis di kertas putih, halaman kebalikan dari dokumen-dokumen kerja yang sudah tak terpakai lagi. Yang nanti jika ada waktu baru kuketik ulang dan kusimpan ke dalam file file yang menumpuk usang di salah satu folder kuno di sudut sempit harddisk, di sela gunungan file file pekerjaan yang nampaknya jauh lebih penting.
Pasti bukan karena minuman ini.
Karena di malam-malam lain, berkali lipat dari dosis yang kugelegak sekarang, masih tidak membuatku mampu mulai memencetkan jari-jari tanganku di atas tuts tuts perawan keyboard ini dan mengetikkan sebuah kalimat yang mempunyai arti,
Mungkin malam ini, kali pertama para jari mulai mengulurkan tanda persahabatan dengan para tuts keyboard sekalian. Dan para tuts membuka hati membiarkan para jari menari dengan lembut di atas mereka untuk menuliskan apa saja yang dipikir oleh otak, tak peduli itu berarti atau tidak.
Semoga persahabatan antara otak , para jari, tuts dan laptop dimulai dengan baik dan berlangsung dengan langgeng sehingga ide ide gila sang otak dapat tertumpahkan di dalam file-file bulukan di sudut gelap folder terkucil.
OddiezZ
Mojoville
July 22, 2007
Sleepless night.
Wednesday, June 27, 2007
A scene
“Mengapa selalu aku yang menceritakan semuanya kepadamu?
Aku telah bicara tentang kampung halamanku, masa sekolahku, keluarga ku, hampir semuanya.
Bagai sebuah buku yang terbuka lebar, untuk mu pembaca yang baik.”
Sang perempuan menatap lekat mata sang lelaki di meja makan,
di mana di hadapan terhampar pemandangan malam yang sangat mempesona.
Lelaki diam seribu kata.
Memandang empunya suara, yang tak kalah mempesonanya dengan pemandangan malam itu.
Tetap diam, sampai akhirnya hanya tersenyum lembut dan berkata, “Nanti ..nanti perlahan aku kuceritakan satu persatu kepadamu… bila kau masih tetap di sampingku.”
Terbawa oleh suasana yang romantis, angin malam bertiup sepoi yang menyegarkan, berjuta lampu kota menyala sepi tak bersuara.
Sang wanita pun mengangguk pelan, setuju, terbuai oleh suasana dan lembut senyuman kekasih.
Lelaki berpikir….
“Ceritamu membawa bahagia, kasih.
Tidak lah sama jika aku bercerita tentang masa laluku.
Yang mana hatiku tergores, berdarah kembali, tiap kali memikirkannya.
Kau takkan suka mendengarnya.
Aku bukan buku yang terkarang rapi oleh sang pengarang seperti kau menuturkannya.
tapi berbait puisi tak beraturan yang membingungkan.
Yang membuatmu bosan, jemu dan kecewa.
Telah mulai kususun perlahan cerita diriku dan kutempel di sudut gelap yang kau tak pernah kunjungi.
Andai kau sempat mampir, membaca dan mengartikannya sendiri.
Kau mungkin takkan bertanya.”
Saling melambai mereka berpisah menyudahi makan malam yang mesra.
Mojoville, June 2007.
-after watchin’ a good scene in ‘Corner with Love’, a Taiwan series.-
Aku telah bicara tentang kampung halamanku, masa sekolahku, keluarga ku, hampir semuanya.
Bagai sebuah buku yang terbuka lebar, untuk mu pembaca yang baik.”
Sang perempuan menatap lekat mata sang lelaki di meja makan,
di mana di hadapan terhampar pemandangan malam yang sangat mempesona.
Lelaki diam seribu kata.
Memandang empunya suara, yang tak kalah mempesonanya dengan pemandangan malam itu.
Tetap diam, sampai akhirnya hanya tersenyum lembut dan berkata, “Nanti ..nanti perlahan aku kuceritakan satu persatu kepadamu… bila kau masih tetap di sampingku.”
Terbawa oleh suasana yang romantis, angin malam bertiup sepoi yang menyegarkan, berjuta lampu kota menyala sepi tak bersuara.
Sang wanita pun mengangguk pelan, setuju, terbuai oleh suasana dan lembut senyuman kekasih.
Lelaki berpikir….
“Ceritamu membawa bahagia, kasih.
Tidak lah sama jika aku bercerita tentang masa laluku.
Yang mana hatiku tergores, berdarah kembali, tiap kali memikirkannya.
Kau takkan suka mendengarnya.
Aku bukan buku yang terkarang rapi oleh sang pengarang seperti kau menuturkannya.
tapi berbait puisi tak beraturan yang membingungkan.
Yang membuatmu bosan, jemu dan kecewa.
Telah mulai kususun perlahan cerita diriku dan kutempel di sudut gelap yang kau tak pernah kunjungi.
Andai kau sempat mampir, membaca dan mengartikannya sendiri.
Kau mungkin takkan bertanya.”
Saling melambai mereka berpisah menyudahi makan malam yang mesra.
Mojoville, June 2007.
-after watchin’ a good scene in ‘Corner with Love’, a Taiwan series.-
Monday, May 7, 2007
As sick as a dog
Lots of time I forget that good health is my most expensive treasure. (even though I have my precious 4 years old treasure at home).
But not last night, laying there as sick as a dog, sweating all over, need to change T-shirt.
No strength left what so ever, to start-up my compt, not to mention writing any stupid stories.
Need to gulp water as much as possible.
Picturing myself as some kind of alien that arrived on earth from an oceanic planet, so he has to drink water all the time (or bathe), otherwise he will die.
Hmm...should bring my towel, I should try bathing once every hour, maybe it helps.
Gotta go, gotta get some more water from the drinking machine...otherwise I will go back to my planet quite soon.
But not last night, laying there as sick as a dog, sweating all over, need to change T-shirt.
No strength left what so ever, to start-up my compt, not to mention writing any stupid stories.
Need to gulp water as much as possible.
Picturing myself as some kind of alien that arrived on earth from an oceanic planet, so he has to drink water all the time (or bathe), otherwise he will die.
Hmm...should bring my towel, I should try bathing once every hour, maybe it helps.
Gotta go, gotta get some more water from the drinking machine...otherwise I will go back to my planet quite soon.
Subscribe to:
Posts (Atom)